Foto: Seorang lansia, Marguerite Mouille (94), di Panti Jompo Kaisesberg, Timur Perancis saat dikunjungi oleh anaknya 21 April 2020. (AP) |
Paris - Pemerintah
Prancis membuka kembali panti jompo, namun hanya untuk kunjungan terbatas.
Panti-panti jompo ini tadinya ditutup untuk melindungi para lansia dari penularan
virus Corona (COVID-19).
Seperti dilansir dari Associated Press (AP), Kamis
(23/4/2020) pemerintah Prancis kembali membuka rumah-rumah panti jompo yang
tadinya ditutup sementara karena virus Corona. Hal ini dilakukan karena para
lansia begitu rentan terhadap virus ini.
Sabrina Deliry mengunjungi ibunya, Patricia yang berusia
yang berusia 80 tahun di panti jompo, di Paris. Kunjungan pertamanya ini setelah
lebih dari enam minggu terpisah. Dia bahkan sudah menyiapkan lagu-lagu favorit
mereka.
Ibu dan anak tersebut dipaksa duduk terpisah berjarak 1
meter, tidak bisa berpelukan selama kunjungan setengah jam mereka di taman
kecil berpagar di panti. Lalu, kapan Sabrina bisa memeluk ibunya lagi? Belum
pasti dan sepertinya tidak dalam waktu dekat.
Sabrina dan Patricia berbicara lewat sambungan beberapa
menit setelah mereka mengucapkan selamat tinggal dengan meniupkan ciuman di
udara. Patricia berjalan kembali sendirian ke kamarnya dengan kursi roda
bermotor.
Patricia mengaku sangat berat ketika harus dijauhkan dari
anaknya. Dia menyebut hal itu sebagai sebuah kejahatan.
"Menghentikan kami untuk melihat anak-anak kami adalah
kejahatan. Mereka menunggu kami mati sebelum mengirim anak-anak kami kepada
kami," ungkapnya. Namun, kunjungan itu, katanya, "membuatnya ingin
hidup lagi."
Kendati demikian, Patricia merasa dirinya seperti dalam
penjara. "Kami di penjara," kata Patricia.
Sementara itu, hal serupa juga diungkapkan oleh Christopher
Cronenberger. Dia merasa senang usai melihat ibunya yang berusia 87 tahun,
Germaine. Meskipun mereka harus mengobrol dengan meja lebar dan dibatasi pita
plastik merah putih.
"Aku tahu betapa pentingnya hal itu baginya," ujar
Christopher Cronenberger.
Dia menceritakan, bahwa dia masih menelepon ibunya setiap
hari. Namun, pertemuan kontak visual baginya jauh lebih melegakan.
"Kami memang punya telepon dan ibuku masih jernih
(pikirannya). Kami berbicara melalui telepon setiap hari. Saya tahu segalanya
baik-baik saja tetapi kontak visual lebih baik," tuturnya.
Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron telah
memperhatikan kondisi ini. Pada bulan Maret, dia mengimbau untuk menutup
rumah-rumah, memohon agar orang-orang berhenti mengunjungi kerabat mereka yang
sudah tua, sebelum dia memberlakukan lockdown Prancis sejak 17 Maret.
Minggu ini, Macron me-retweet wawancara dengan seorang warga
panti jompo yang berusia 96 tahun, Jeanne Pault, yang memilukan untuk ditonton.
Wanita itu bersedih hingga meneteskan air mata karena terjebak di kamarnya,
kehilangan kunjungan harian yang biasa ia dapatkan dari suami dan keluarganya.
"Aku terkunci di sini sepanjang hari. Itu bukan
kehidupan. Tetangga saya tidak terkena virus. Aku juga tidak. Kami bisa saling
bertemu dari waktu ke waktu, mengobrol sedikit," ujarnya.
Dalam tweetnya, Macron menulis: "Ibu, rasa sakitmu
menguasai kami semua. Untuk Anda, untuk semua orang tua kami di panti jompo,
kunjungan oleh orang yang dicintai sekarang diizinkan. Selalu dengan satu
prioritas: untuk melindungi Anda."
Ketika virus Corona menyebar ke seluruh Eropa, negara-negara
yang paling terpukul - Italia, Spanyol, Inggris, Prancis - melarang kunjungan
ke panti jompo untuk melindungi para lansia, yang sangat rentan terhadap virus
corona. Dari Belgia ke Turki, beberapa negara lain melakukan hal yang sama.
Virus ini menyebabkan gejala ringan hingga sedang ke banyak
orang. Virus ini bisa memicu penyakit yang jauh lebih parah pada orang yang
lebih tua dan mereka yang memiliki masalah kesehatan. Akibatnya, panti jompo
sangat terdampak akan hal ini. Di Prancis, sepertiga dari lebih dari 21.300
kematian dilaporkan terjadi di panti jompo.
Sumber: Detik.com