Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI)
Bernardi Dharmawan membantah pernyataan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (Aprindo) Roy Mandey, yang mengatakan stok gula rafinasi untuk dipasok ke ritel-ritel
modern hilang 70.000 ton dalam 2 hari.
Bernardi menegaskan stok tersebut
tidaklah hilang, namun masih ada untuk didistribusikan tak hanya ke ritel
modern, tetapi juga ke pasar tradisional sesuai penugasan pemerintah.
Persoalan ini berawal dari pernyataan Roy dalam diskusi
pangan yang digelar Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) pada Rabu
(14/5) kemarin. Roy menuturkan, melalui rapat dengan Kementerian Perdagangan
(Kemendag) pada Rabu (22/4) lalu, AGRI telah sepakat memasok 160.000 ton gula
rafinasi kepada Aprindo. Gula rafinasi tersebut memang dialihkan fungsinya
untuk menjadi gula konsumsi demi memenuhi pasokan dalam negeri.
Namun, menurut Roy 2 hari kemudian AGRI menyatakan stoknya
hanya tersisa 93.000 ton. Roy menyatakan kebingungannya dengan mengatakan
70.000 ton stok gula rafinasi menghilang dalam 2 hari entah ke mana. Terlebih
lagi, menurut Roy ketika Aprindo hendak memperoleh keseluruhan stok tersebut,
lagi-lagi kesepakatan akhirnya AGRI hanya memasok 30.000 ton gula rafinasi.
Menurut Bernardi, seluruh pernyataan tersebut tidak benar.
Kepada detikcom, Bernardi menjabarkan kronologi perubahan dan keberadaan stok
gula tersebut:
27 April 2020
AGRI mendata dari 235.000 ton gula rafinasi yang dimiliki anggotanya, ternyata sudah terdistribusi sebanyak 90.000 ton.
AGRI mendata dari 235.000 ton gula rafinasi yang dimiliki anggotanya, ternyata sudah terdistribusi sebanyak 90.000 ton.
28 April 2020
Kemendag menggelar rapat yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto, dan dihadiri oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim) Komisaris Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, Ketua Satgas Pangan Brigjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga, produsen gula (swasta dan BUMN) termasuk AGRI, distributor, dan Aprindo.
Kemendag menggelar rapat yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto, dan dihadiri oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim) Komisaris Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, Ketua Satgas Pangan Brigjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga, produsen gula (swasta dan BUMN) termasuk AGRI, distributor, dan Aprindo.
Dalam rapat tersebut, ditemukan stok gula rafinasi yang ada
di AGRI sebanyak 145.000 ton, dan di Pabrik Gula (PG) PT Kebun Tebu Mas (KTM)
15.000 ton. Dari rapat tersebut dihasilkan kesimpulan ada 160.000 ton gula
rafinasi yang belum terdistribusi atau masih ada di gudang AGRI dan KTM.
"Saya sampaikan bahwa angka 145.000 ton itu belum
terdistribusi, yang sudah terdistribusi itu 90.000 ton barang yang sudah ke
luar dari gudang, dari pabriknya produsen," kata Bernardi ketika dihubungi
detikcom, Jumat (15/5/2020).
Namun, dari 145.000 ton tersebut, ternyata sudah ada 52.000
ton gula rafinasi yang sudah dibeli distributor. Hanya saja, gula itu belum ke
luar dari pabrik produsen. Sehingga, stok yang tersisa di anggota AGRI hanyalah
93.000 ton.
30 April 2020
Kemendag kembali menggelar rapat dengan AGRI, Aprindo, dan KTM. Saat itu, AGRI menyampaikan stok di gudang-gudang anggotanya hanya tersisa 93.000 ton. Oleh sebab itu, hasil rapat menyetujui komitmen pendistribusian sampai 92.900 ton gula untuk Aprindo.
Kemendag kembali menggelar rapat dengan AGRI, Aprindo, dan KTM. Saat itu, AGRI menyampaikan stok di gudang-gudang anggotanya hanya tersisa 93.000 ton. Oleh sebab itu, hasil rapat menyetujui komitmen pendistribusian sampai 92.900 ton gula untuk Aprindo.
"Jadi angka yang sudah disepakati dengan Aprindo,
dengan yang sudah ditanda tangani MoU pada 30 April adalah kuantitas sampai
dengan 92.900 ton," jelas Bernardi.
Sehingga, ia menegaskan sejak awal tidak ada kesepakatan
AGRI harus mendistribusi 160.000 ton gula rafinasi untuk Aprindo.
"Ada MoU-nya, ini untuk saya klarifikasi bahwa tidak
pernah ada kata-kata 160.000 perjanjian AGRI dengan Aprindo, itu tidak
benar," tegas dia.
4 Mei 2020
Pada kesepakatan terakhir, AGRI ditugaskan memasok gula
rafinasi ke ritel-ritel modern hanya 25.000 ton, dan KTM 5.000 ton. Angka
tersebut disesuaikan dengan penugasan yang diberikan oleh Kementerian
Perdagangan (Kemendag).
"Tanggal 4 Mei diubah jadi 30.000 untuk disuplai AGRI
dan KTM" tuturnya.
Adapun sisa stok sebanyak 63.000 ton, menurut Bernardi sudah
ditugaskan oleh Kemendag agar dipasok ke pasar-pasar tradisional.
"Kita diminta melakukan operasi pasar dan penjualan
langsung ke pedagang pasar. Jadi anggota AGRI ini sedang repot-repotnya, karena
permintaan pemerintah, kita ikut masuk ke pasar-pasar kemudian kita jual
langsung pedagangnya dalam bentuk 1 kg-an. Jadi benar-benar ekstra kerja,"
terang Bernardi.
Ia menegaskan, stok gula rafinasi yang ada di AGRI dari
sejak awal angka yang tersedia adalah 145.000 ton tidak hilang sebutir pun.
Terkait perubahan posisi stok memang disebabkan oleh distribusi yang terus
dilakukan dalam upaya memenuhi penugasan dari Kemendag.
"Pada prinsipnya kita mengikuti penugasan
pemerintah," pungkasnya.
Sebagai informasi, sebelumnya Roy membeberkan kondisi ritel
modern yang kesulitan memperoleh pasokan gula. Menurut Roy, pemerintah sudah
menetapkan kesepakatan dengan AGRI, agar 160.000 ton gula rafinasi dapat di
pasok ke gerai-gerai ritel modern. Namun, Roy mengatakan ketika hendak
memperoleh pasokan gula rafinasi tersebut, yang tersisa hanyalah 93.000 ton,
atau ada 70.000 ton stok gula yang menghilang.
"Nah prosesnya ternyata, dari 160.000 ton itu ternyata
hanya tinggal 93.000 ton. Dalam waktu 2 hari, hilang gulanya hampir sekitar
70.000 tidak tahu ke mana," kata Roy dalam webinar pangan BPKN, Kamis
(14/5/2020).
Sumber: Detik.com