Aceh Deflasi, Ikan Tongkol Jadi Pemicu

Foto: Suasana sepinya kota Banda Aceh di hari pertama Ramadhan (Agus Setyadi-detikcom)


Banda Aceh - Provinsi Aceh mengalami deflasi 0,15 persen pada April lalu. Ikan tongkol dan angkutan udara menjadi komoditas penyumbang deflasi terbesar.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, deflasi di Tanah Rencong terjadi akibat adanya penurunan harga yang ditandai oleh turunnya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Di antaranya yaitu kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 1,15 persen; Kelompok Transportasi 0,82 persen.

Selain itu, kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau juga berpengaruh sebesar 0,76 persen; dan kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga 0,01 persen.

"Secara umum lima komoditas yang punya andil besar menyumbang deflasi Aceh sebesar 0,15 yaitu ikan tongkol, angkutan udara, cabai merah, biaya pulsa ponsel, dan ikan kembung," kata Kepala BPS Aceh Ihsanurijal dalam konferensi pers yang disiarkan di YouTube, Senin (4/5/2020).

Angka deflasi Aceh diperoleh berdasarkan gabungan tiga kota yaitu Kota Lhokseumawe (deflasi 0,29 persen), Kota Meulaboh (deflasi 0,22 persen) dan Kota Banda Aceh (deflasi 0,08 persen). Meski demikian, ada sejumlah komoditas di Tanah Rencong terjadi inflasi karena mengalami kenaikan harga.

"Komoditas penyumbang inflasi terbesar yaitu emas, bawang merah, jeruk, gula pasir, dan udang basah," jelas Ihsanurijal.

Menurutnya, pada April 2020 lalu berbagai komoditas di Provinsi Aceh secara umum menunjukkan adanya penurunan. Hal ini ditandai dengan turunnya Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,61 pada Maret 2020 menjadi 104,45 pada April 2020 atau terjadi deflasi sebesar 0,15 persen.

Sedangkan inflasi tahun kalender April 2020 sebesar 1,56 persen, dan inflasi year on year sebesar 3,13 persen. Dari 114 jenis barang dan jasa yang mengalami perubahan harga di bulan April, 62 jenis barang dan jasa mengalami peningkatan harga, dan 52 jenis barang dan jasa menunjukkan adanya penurunan harga.

"Periode saat ini sepertinya periode yang tidak biasa, tidak normal, karena sama-sama dimaklumi dengan adanya pandemi COVID-19. Namun demikian untuk Aceh kalau kita lihat di grafik polanya tetap terjadi inflasi selama tiga bulan terakhir yaitu Januari sampai Maret, dan mengalami deflasi pada April," ujarnya.

"Pada tahun 2018 terus mengalami deflasi dari Januari sampai April. Tahun 2019 terjadi deflasi di bulan Februari dan Maret. Jadi ada perbedaan untuk 2020 ini dengan keadaan pandemi COVID-19," jelas Ihsanurijal.



Sumber: Detik.com