Antisipasi Kelonggaran PSBB, Ini 5 Cara Physical Distancing saat Keluar Rumah


Physical distancing penting untuk cegah penularan COVID-19 (Foto : Arif Julianto/Okezone)


Riau Update - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dinilai sebagai salah satu cara ampuh untuk menekan penularan COVID-19. Namun, adanya pelonggaran PSBB dinilai menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus COVID-19 di Indonesia. 

Adanya pelonggaran PSBB bisa membuat physical distancing sulit dilakukan. Semisal ketika orang naik kendaraan umum atau KRL untuk pergi kantor. Padahal, physical distancing atau menjaga jarak fisik antarorang sangat penting untuk mencegah penularan virus corona. 

Karenanya, penting bagi Anda untuk mengetahui cara lakukan physical distancing di tempat umum jika terpaksa keluar rumah. Berikut seperti dikutip dari Bostonglobe : 

Pikirkan cara untuk pergi ke suatu tempat 

Profesor Kesehatan Global di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Boston, dr. David Hamer mengatakan berjalan atau mengemudi menuju suatu tempat membuat seseorang berisiko terkena virus korona COVID-19. 

“Pergi dengan menggunakan kereta yang penuh sesak akan membuat seseorang tidak dapat benar-benar memiliki ruang tersendiri dari orang-orang. Menghindari ruang ramai dengan sirkulasi udara yang buruk bisa menjadi pilihan yang tepat,” terang Hamer. 

Jika Anda terpaksa menggunakan kendaraan umum, maka beberapa tindakan pencegahan bisa dilakukan. Beberapa di antaranya adalah dengan mencuci tangan, menghindari menyentuh wajah dan mempertimbangkan untuk membawa pembersih tangan. 

Hindari kerumunan ketika Anda sedang berolahraga 

Menjaga imun tubuh dengan berolahraga adalah hal yang baik. Tapi berlatih di pusat kebugaran (GYM) bisa menjadi media penularan yang besar akibat jumlah peralatan olahraga yang digunakan bersama. 

Associate Director of Cardiology di Johns Hopkins University, Erin D Michos mengatakan akan sangat sulit bagi seseorang untuk menghindari kerumunan saat berlatih di pusat kebugaran. “Saya lebih khawatir karena seseorang tidak bisa menghindari peralatan olahraga yang digunakan bersama,” ucap Michos. 

Michos menyarankan agar seseorang berolahraga seorang diri. Caranya dengan berlari di luar ruangan atau berjalan. Profesor Klinis dari Boston University, Wendy Heiger-Bernays mengatakan seseorang juga harus pandai dalam memilih olahraga yang hendak mereka lakukan. Jangan melakukan olahraga yang melibatkan banyak orang dan kontak fisik.


Jaga jarak dan pastikan mereka aman 

Menjaga jarak tidak melulu bisa menjadi tolak ukur yang praktis dan cermat. Co-Director Harvard National Preparedness Leadership Initiative, Leonard Marcus mengatakan bertanya tentang kondisi kesehatan teman maupun orang yang ada di dekat Anda sangatlah penting. 

Marcus mengimbau seseorang melakukan pembatasan interaksi dengan orang yang sakit atau sudah terpapar penyakit. Oleh sebab itu pastikan dengan baik kondisi kesehatan mereka ketika Anda datang menuju tempat-tempat umum yang berisi orang-orang asing.

Hindari berkumpul 

Menunda pesta ulang tahun, baby shower atau melakukan tur merupakan hal yang baik untuk mencegah penyebaran virus korona COVID-19. 

“Ini adalah pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan saya pikir masyarakat harus melakukan reaksi pada apa yang belum pernah terjadi sebelumnya,” terang Michos.

Michos pun menyamakan pandemi COVID-19 dengan wabah masa lalu yakni flu Spanyol yang sempat menghancurkan dunia pada 1918. Untungnya saat ini kecanggihan teknologi seperti Skype, Zoom, FaceTime, Instagram, Twitter dan SMS masih mampu membuat seseorang berkomunikasi satu dengan lainnya. 

“Untungnya tidak seperti epidemic 1918, kami sebenarnya memiliki teknologi. Jadi seseora bisa tetap berhubungan dengan orang-orang dengan cara tersebut,” tuntasnya.

Jauhi fasilitas kesehatan, kecuali Anda benar-benar sakit 

Associate Director of Cardiology di Johns Hopkins University, Erin D Michos mengatakan mengimbau para pasien untuk melakukan pemeriksaan secara virtual. 

“Orang sehat tidak boleh datang dengan prosedur elektif apapun saat ini. Jika mereka tidak sakit, dan hanya ingin memeriksa tekanan darah atau laboratorium, maka bisa menggunakan ke metode tele-medicine. Saya pikir semuanya harus ditunda kecuali jika kondisinya sedang kritis,” terang Michos.



Sumber: Okezone.com