Cerita Relawan PMI Pengubur Jenazah di Sleman: Tiap Malam Datangi Makam



Sleman - Menjadi relawan kemanusiaan menjadi jalan hidup Septiadi Pitianta (33). Dia merupakan salah seorang relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Sleman yang sudah mengabdikan diri untuk sosial sejak 2006 lalu, dan saat ini dia menjadi salah satu orang yang bertugas menguburkan jenazah saat pandemi virus Corona atau COVID-19.

Ayah tiga anak yang akrab disapa Adi ini menceritakan jenazah yang dia kuburkan belum tentu terpapar COVID-19. Selama menjadi bagian dari Satuan Tugas Covid-19 PMI Sleman, dia sudah 12 kali memakamkan jenazah diduga COVID-19.

"12 jenazah yang sudah kami makamkan, 11 di antaranya dilakukan saat malam hari," kata Adi saat dihubungi wartawan, Sabtu (9/5/2020).

Adi mengungkapkan jika di PMI ada nama khusus untuk tim yang bertugas memakamkan jenazah. Mereka menamakan, Tim Pendak Bengi Sobo Makam (tim tiap malam mengunjungi makam) atau TPBSM, karena setiap memakamkan jenazah kebanyakan pada saat malam hari.

"Biasa memakamkan jenazah dilakukan pukul 02.00 WIB. Terkadang selesai pemakaman bisa pukul 03.40 WIB hingga pukul 06.00 WIB," terangnya.

Menjadi petugas pemakaman jenazah membuat Adi juga kerap berhadapan dengan hal-hal di luar nalar. Dia mengaku saat mengantarkan jenazah sempat diajak berkomunikasi.

Kejadian mistis itu bermula ketika memakamkan di TPU wilayah Kalasan pada bulan April 2020. Biasanya, timnya mengantar jenazah menggunakan dua mobil. Pertama ambulans untuk personil dan mobil ambulans kedua untuk jenazah.

"Namun saat mengantarkan jenazah itu kami menggunakan dua mobil ambulans untuk jenazah. Nah tiga orang yang berada di salah satu mobil itu merasa sedih. Ternyata ada makhluk yang mencoba untuk berinteraksi dan mengucapkan terima kasih kepada mereka karena sudah merawat, hingga memakamkan mereka di tempat terakhir," ungkapnya.

Adi mengenang kejadian itu juga dialami oleh rekan-rekannya yang berada dalam ambulans yang sama. Selain mendengar ucapan terima kasih, mereka juga melihat sosok yang mirip dengan jenazah itu.

"Jelas sedikit shock karena ditampakkan wajah jenazah. Tapi proses pemakaman di TPU Kalasan berjalan lancar, meski beberapa relawan masih terkejut," ungkapnya.

Adi menceritakan, ada kebiasaan yang harus dilakukan sebelum proses pemakaman. Yakni harus memberitahu perangkat desa atau tetua setempat jika akan ada pemulasaraan jenazah dengan protokol COVID-19.

"Sebelum memakamkan saya bersama teman harus bertemu dengan pemangku wilayah untuk memberitahu bahwa ada pemakaman jenazah di TPU setempat. Biasanya jam 22.00 malam saya sudah datang ke makam. Bayangkan saja waktu malam seperti itu kami masuk ke dalam lingkungan makam," ungkapnya.

Kebiasaan lain yang wajib dilakukan yakni mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam lingkungan pemakaman.

"Jadi kami tetap istilahnya kula nuwun (permisi) sebelum masuk dan berdoa juga setelah selesai pemakaman. Kami mencoba menghormati yang ada di makam tersebut," tuturnya.

PMI Sleman merupakan salah satu bidang operasional di Gugus Tugas COVID-19 Sleman. Setidaknya dalam satu proses pemakaman jenazah ada sembilan personel untuk membantu pemakaman.

"Di PMI ini ada sekitar 30 orang yang stand by. Saat ini kinerja kami lebih baik, sebelumnya dalam sehari kami bisa memakamkan 2-3 kali jenazah dalam satu hari. Saat ini sudah lebih tertata," tutupnya.



Sumber: Detik.com