Covid-19 Bikin Orang-orang di AS Gemar Menabung dan Kurangi Utang



Jakarta - Wabah virus Corona ternyata membawa banyak perubahan pada kebiasaan masyarakat saat ini. Seperti yang terjadi di Amerika Serikat, warganya ramai-ramai memangkas pengeluaran mereka dan beralih kepada aktivitas menabung uang tunai serta mulai meninggalkan utang kartu kredit.

Alasan mendasar yang melatarbelakangi pilihan tersebut adalah karena rata-rata masyarakat di sana khawatir kehilangan pekerjaan mereka selama pandemi ini.

Catatan utang kartu kredit AS pun tiba-tiba anjlok pada Maret lalu, turun dengan persentase terbesar dalam lebih dari 30 tahun belakangan ini. Menurut laporan Federal Reserve, saldo kredit AS secara signifikan turun sebanyak 31%, merupakan penurunan bulanan terbesar sejak Januari 1989 lalu.

Pada saat yang sama, tingkat tabungan AS meningkat ke tingkat yang tak pernah terlihat sejak masa kepemimpinan Ronald Reagan pada 1980-an lalu. Tingkat tabungan AS naik dari 8% di bulan Februari 2020 menjadi 13,1% di bulan Maret 2020. Peningkatan itu adalah capaian tertinggi sejak November 1981 lalu.

Pergeseran drastis dalam perilaku konsumen ini mencerminkan betapa kacaunya perekonomian AS akibat pandemi ini. Perubahan perilaku konsumen ini dikhawatirkan pula dapat memperlambat pemulihan ekonomi negara.

"Konsumen kita sangat berhati-hati," ujar Kepala Ekonom dari Ameriprise Financial Russell Price dikutip dari CNN Business, Rabu (13/5/2020).

Sebagaimana diketahui, jumlah pengangguran AS akibat pandemi ini melonjak hingga 14,7% dari jumlah sebelumnya. Terakhir tercatat setidaknya 33 juta masyarakat AS telah mengajukan klaim penganggurannya sejak awal pertengahan Maret lalu. Jumlah ini menunjukkan krisis pengangguran paling parah sejak Depresi Besar tahun 1930 lalu.

Menurut survei New York Federal Reserve, persepsi probabilitas kehilangan pekerjaan selama 12 bulan ke depan diperkirakan bakal melonjak lagi hingga hampir 21%.

Hal ini kemudian memperkuat anggapan bahwa pasar ketenagakerjaan AS bakal sulit kembali ke level sebelum adanya krisis ini untuk beberapa tahun kemudian. Kemungkinan korban PHK untuk mendapatkan kembali pekerjaannya ke depan turun 6,1 poin persentase menjadi 47% yang juga merupakan penurunan terbesar yang pernah tercatat.



Sumber: Detik.com