Jakarta - Pertamina berupaya memenuhi target produksi minyak dan gas
nasional di tengah pandemi COVID-19. Pada triwulan I 2020, produksi hulu migas
Pertamina tercatat sebesar 918,8 MBOEPD.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah
Usman menyebut, jumlah produksi migas pada triwulan I 2020 masih cukup stabil
dan terjaga dengan baik. Fajriyah merinci, produksi minyak bumi para periode
tersebut rata-rata sebesar 420,4 MBOPD, sedangkan produksi gas bumi rata rata
sebesar 2887,9 MMSCFD.
Fajriyah mengatakan, pencapaian produksi migas Pertamina
ditopang oleh kinerja positif anak perusahaan hulu Pertamina yang berhasil
mencapai target produksi yang ditentukan.
"Sejumlah sumur baru yang selesai dibor pada 2019 telah
mulai berproduksi pada awal tahun ini serta upaya pemeliharaan sumur-sumur
(work over dan well services) yang ada menjadikan produksi migas Pertamina
relatif stabil, " ungkap Fajriyah dalam keterangan tertulis, Rabu
(27/5/2020).
Ia menjabarkan, ada beberapa anak perusahaan hulu Pertamina
yang menyumbang produksi di atas target, antara lain Pertamina EP (PEP) untuk
produksi gas dan Pertamina Hulu Indonesia (PHI) untuk produksi minyak. Selain
itu, anak perusahaan hulu di luar negeri, yakni Pertamina International EP
(PIEP) juga berhasil meningkatkan produksi gasnya, terutama di lapangan
Aljazair.
Fajriyah menambahkan, anak perusahaan PHI, yakni Pertamina
Hulu Mahakam (PHM) yang mengelola Blok Mahakam membukukan rata-rata produksi
gas sebesar 659 MMSCFD sepanjang triwulan I 2020. Jumlah produksi tersebut di
atas target teknis Work Program & Budget (WP&B) 2020 sebesar 608
MMSCFD. Sementara itu, produksi likuid (minyak dan kondensat) PHM mencapai
30,34 MBOPD, juga lebih tinggi daripada target teknis WP&B 2020 sebesar
30,12 MBOPD.
Produksi anak perusahaan PHI lainnya, Pertamina Hulu Sanga
Sanga (PHSS), tercatat sebesar 11,95 MBOPD, melonjak dibanding target Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) triwulan I 2020 yang dipatok pada 8,63
MBOPD.
Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), yang juga merupakan
anak perusahaan PHI, mencapai produksi sebesar 11,26 MBOPD, di atas target RKAP
triwulan I 2020 sebesar 10,27 MBOPD.
Fajriyah mengungkapkan. produksi di luar negeri yang
dicatatkan PIEP juga telah berhasil memberikan kontribusi produksi migas
sebesar 156 MBOEPD pada triwulan I 2020.
Pencapaian PHM, PHKT, PHSS, dan PIEP, lanjut Fajriyah,
merupakan hasil dari upaya masing-masing anak perusahaan, di antaranya dengan
melakukan pekerjaan sumur pengembangan sesuai rencana, pekerjaan workover dan
well services sesuai rencana, dan mempertahankan keandalan fasilitas produksi.
Fajriyah mengatakan, sepanjang tahun 2019 Pertamina juga
terus berupaya meningkatkan jumlah kegiatan pengeboran yang didukung investasi
di sektor hulu yang cukup signifikan. Nilai investasi Pertamina di sektor hulu
pada periode tersebut mencapai $2,45 miliar atau sekitar 60% dari keseluruhan
investasi Pertamina pada RKAP tahun 2019 senilai $4,1 miliar. Untuk tahun 2020,
terang Fajriyah, Pertamina akan tetap berkomitmen untuk mempertahankan tingkat
investasi hulu dikisaran yang sama dengan tahun 2019.
Meskipun dalam kondisi yang mengharuskan dilakukannya
optimalisasi biaya dan efisiensi Sepanjang triwulan I 2020, Pertamina tetap
menjadi pemimpin secara nasional dalam jumlah kegiatan pengeboran. Pertamina
melakukan pengeboran eksploitasi sebanyak 78 sumur dan pekerjaan workover
(pekerjaan untuk mempertahankan atau memperbaiki/menambah produksi) sebanyak
161 sumur.
Pertamina Hulu Energi Nunukan Company (PHENC) berhasil
melakukan tajak dua sumur lepas pantai di Struktur Parang. Selain itu, PHM
melakukan pengeboran 31 sumur tajak di South Peciko dan Tunu Deep East dan
menargetkan untuk mengebor 117 sumur tajak dan 2 sumur eksplorasi.
Banyaknya jumlah sumur yang dibor, terang Fajriyah,
merupakan upaya untuk memaksimalkan cadangan hidrokarbon yang tersedia, karena
cadangan dan produksi dari sumur-sumur yang ada sudah semakin menipis. Selain
itu, upaya pengeboran tersebut diharapkan dapat menekan laju penurunan produksi
serendah mungkin, hingga di bawah 10%.
Menghadapi situasi pandemi COVID-19, Fajriyah mengungkapkan,
Pertamina melakukan berbagai penyesuaian sistem kerja, di antaranya dengan
mengubah prosedur pergantian pekerja lapangan yang sebelumnya tiap 12 hari
menjadi 28 hari, serta memastikan kondisi kesehatan pekerja seraya terus
berupaya menjaga produksi migas sesuai target RKAP.
"Pertamina hingga saat ini memutuskan tetap melakukan
investasi di sektor hulu untuk menjaga produksi dan lifting migas nasional.
Pertamina terus memantau perkembangan situasi global, terutama pandemi
COVID-19, harga minyak mentah dunia, serta nilai tukar rupiah terhadap
dolar," ujar Fajriyah.
Sumber: Detik.com