Ketum PBNU Said Aqil Siroj (Ari Saputra) |
Jakarta - Demonstrasi George Floyd yang berujung
kerusuhan terus meluas di Amerika Serikat (AS). Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU)
menilai masalah berbau rasialisme ini telah menguak kegagalan Presiden AS
Donald Trump dalam memimpin negaranya.
"Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika
ke-45 telah menguak borok demokrasi Amerika yang selama ini tampil bak 'polisi'
demokrasi dunia. Kampanye 'hitam' Trump di musim kampanye Pilpres AS yang
rasis, yang menunjukkan sentimen negatif terhadap imigran kulit warna dan kaum
muslim, telah menabung bara api yang meledak dalam kerusuhan rasial
sekarang," kata Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam keterangan
tertulisnya, Minggu (6/6/2020).
"Demokrasi Amerika tengah sekarat karena menghasilkan
pemimpin konservatif yang menyeret demokrasi ke titik antiklimaks dengan
retorika-retorika politik liberal yang selama ini dimusuhinya,"
sambungnya.
Said Aqil menjelaskan AS telah mengalami perubahan yang
drastis dari masa Presiden Barack Obama hingga ke Trump. Dia menyebut, hal ini
membuktikan bahwa fondasi demokrasi AS cacat lantaran tak bisa mengatasi masalah
rasial dan kesenjangan ekonomi.
"Diskriminasi rasial dan kesenjangan ekonomi telah
menjadi cacat bawaan seperti telah disinggung oleh Gunnar Myrdal sejak 1944
dalam bukunya 'An American Dilemma'," jelas Said Aqil.
Dia menilai keadilan, persamaan hak, pemerataan, dan
perlakuan tanpa diskriminasi terhadap seluruh kelompok masyarakat merupakan
nilai-nilai demokrasi yang gagal dicontohkan AS. Alih-alih menerapkan nilai
demokrasi, lanjut Said Aqil, AS justru menerapkan standar ganda dalam isu HAM,
perdagangan bebas, dan terorisme.
Kendati demikian, NU tetap menganggap demokrasi adalah
sistem terbaik saat ini. Said Aqil menyebut demokrasi sejalan dengan nilai
dalam Islam.
"Nahdlatul Ulama (NU) memandang bahwa demokrasi masih
merupakan sistem terbaik yang sejalan dengan konsep syura di dalam Islam,"
ujarnya.
"Namun NU menolak penyeragaman demokrasi liberal ala
Amerika sebagai satu-satunya sistem terbaik untuk mengatur negara dan
pemerintahan," lanjutnya.
Berkaca dari kasus George Floyd, NU berharap isu rasialisme
ini bisa menjadi renungan serius. Semata-mata agar kerusuhan serupa tak terjadi
di negara lain.
"Nahdlatul Ulama memandang bahwa kejadian kerusuhan
rasial di Amerika saat ini perlu menjadi bahan refleksi serius agar peristiwa
serupa tidak terulang di negara mana pun," tuturnya.
Sebelumnya, diketahui bahwa AS sedang dilanda gelombang
demonstrasi yang memprotes kematian George Floyd. Floyd adalah seorang pria
kulit hitam yang bekerja sebagai sekuriti restoran.
Floyd ditangkap polisi Minnesota dan lehernya ditekan dengan
lutut hingga kehabisan napas dan meninggal pada 25 Mei. Empat polisi yang
bertanggung jawab atas kasus ini pun dipecat dan sedang menjalani sidang
dakwaan.
Sumber: Detik.com