Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo
mengungkapkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpeluang
terus menguat. Hal itu dikarenakan respon positif atas koordinasi pemerintah
dengan BI, OJK dalam menanggulangi dampak Corona.
Dia menceritakan, rupiah di awal April sempat menyentuh Rp
16.400 per US$, akan tetapi sekarang sudah menguat ke level Rp 14.200 per US$.
"Alhamdulillah dengan koordinasi yang erat sekarang itu
diperdagangkan di Rp 14.200. Ini tentu saja kami masih melihat peluang ke depan
untuk nilai tukar yang menguat," kata Perry dalam video conference,
Jakarta, Rabu (3/6/2020).
Ke depannya, Perry menyebut pihaknya akan terus
berkoordinasi dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan dan OJK
dalam menjalankan kebijakan fiskal, moneter, maupun sektor keuangan dalam
rangka menciptakan stabilitas dan optimisme di pasar.
"Tahap-tahap stabilitas ekonomi khususnya stabilitas
pasar keuangan alhamdulillah itu berjalan sangat baik. Bagaimana Bu Menteri
Keuangan (Sri Mulyani), kami di Bank Indonesia, dan Pak Wimboh (Ketua DK OJK)
terus bersatu padu untuk menstabilkan pasar keuangan kita, baik di pasar valas
maupun pasar modal termasuk juga pasar SBN (Surat Berharga Negara),"
ujarnya.
Lebih lanjut Perry mengungkapkan, koordinasi antara BI
dengan Kementerian Keuangan dan OJK juga berhasil menjaga inflasi di level yang
rendah. Tidak hanya itu BI juga berhasil membuat imbal baik atau yield atas SBN
menjadi 7,2% dari yang sebelumnya sempat 8,08%
Tidak hanya itu, Perry menegaskan pihaknya siap berbagi risiko
dengan pemerintah dalam melaksanakan program pemulihan ekonomi nasional (PEN),
khususnya dalam memenuhi kebutuhan pendanaan.
"Kami bersama Bu Menkeu bagaimana Bank Indonesia bisa
'burden sharing' untuk menurunkan beban dari SBN ini," jelasnya.
Dalam menjalankan PEN, pemerintah melebarkan defisit APBN
menjadi 6,34% atau setara Rp 1.039,2 triliun terhadap produk domestik bruto
(PDB). Sumber pendanaan tersebut akan dilakukan melalui penerbitan SBN. Dari
aturan yang ada, BI akan menjadi lender of last resort di pasar perdana dalam
hal pasar tak mampu menyerap SBN.
"Dengan ini (kerja sama untuk pendanaan), APBN tentu
saja bisa segera diimplementasikan agar bisa memberi stimulus ekonomi, dan juga
bisa mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," ungkapnya.
Berdasarkan amanat Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2020
tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Covid-19, Bank Indonesia bisa ikut membeli SBN di pasar
perdana. Baik sebagai non competitive bidder, greenshoe option, maupun private
placement. Sejak lelang 21 April 2020, BI sudah membeli SBN di pasar perdana
sekitar Rp 26 triliun.
Sumber: Detik.com