Pekanbaru - Kurun waktu 18 tahun terakhir produksi minyak
bumi siap jual (lifting) di Provinsi Riau terus
mengalami penurunan. Rata-rata penurunan lifting pada kisaran enam persen per
tahun.
Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar mengatakan, sejak 2001
lifting minyak bumi di Riau terus mengalami penurunan. Dan pada tahun 2010
sempat mengalami kenaikan. Kemudian mulai turun kembali pada tahun 2012 hingga
saat ini.
"Pada 2001 lifting minyak bumi sebanyak 222,113 barel.
Kemudian mengalami penurunan pada 2002 yakni 221,930 barel, tahun 2003 sebanyak
200,328 barel. Dan untuk tahun 2019 sebanyak 76,019 barel," katanya,
dikutip dari Riaupos.co.
Lebih lanjut dikatakannya, sedangkan untuk capaian lifting
di tahun 2020 yakni pada triwulan pertama atau sejak Januari hingga Maret lalu,
realisasi lifting minyak bumi di Riau sebanyak 18,156 barel.
"Dengan terus turunnya lifting minyak bumi yang juga
diikuti dengan turunnya harga minyak dunia, saat ini kami mulai mengembang
sektor lain untuk mendongkrak perekonomian daerah. Seperti sektor pertanian,
industri, dan wisata," sebutnya.
Sementara itu Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Riau Indra Agus Lukman mengatakan, menurunnya lifting minyak bumi
Riau sebagian besar juga dipengaruhi oleh produksi minyak PT Chevron Pacific
Indonesia (CPI) yang menurun menjelang peralihan Blok Rokan pada tahun 2021.
Hal tersebut membuat target lifting per hari CPI tidak terpenuhi. Kemudian
karena pihak Chevron tidak lagi melakukan investasi untuk menambah produksi
menjelang akhir peralihan ke Pertamina.
"Selain itu juga karena masih fluktuatifnya harga jual
minyak bumi. Sehingga terkadang biaya produksi tidak sebanding dengan hasil
yang diperoleh. Harapan kami setelah diserahkan ke Pertamina, realisasi lifting
kita bisa lebih bagus lagi," harapnya.
Lebih lanjut dikatakan Indra, sebenarnya potensi energi
fosil Riau terhitung tahun 2018 lalu, dari sektor minyak bumi diperkirakan saat
ini masih ada cadangan sebanyak 2,156 juta barel. Potensi ini diperkirakan akan
cukup hingga 27 tahun mendatang jika setiap tahun, produksinya hanya sekitar 80
juta barel.
"Sedangkan untuk gas bumi, cadangan yang miliki Riau
yakni sebanyak 820,35 BCF. Cadangan ini diperkirakan akan cukup hingga 51 tahun
ke depan. Batu bara, cadangan di Riau diperkirakan sebanyak 500 juta ton, dan
diperkirakan cukup hingga 263 tahun," jelasnya.
Dijelaskan Indra, untuk langkah-langkah mewujudkan
kemandirian energi di Riau, dari sisi energi fosil khususnya minyak bumi
pihaknya akan melakukan optimalisasi sumur-sumur minyak yang ada. Seperti yang
ada di blok Rokan. Di mana blok Rokan merupakan salah satu lapangan migas
marjinal atau lapangan migas tua, yang akan dioptimalkan lagi.
"Kemudian juga akan diterapkan teknologi enhance oil
recovery, work over dan well service seperti yang telah dilakukan di lapangan
minyak lainnya," katanya.