Dollar AS Gebug Rupiah Ditengah Maraknya Covid-19


Jakarta - Nilai dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap rupiah akibat kepanikan pasar menghadapi perkembangan virus corona di Indonesia. Akhir pekan ini, dolar AS bertengger di level Rp 16.000, bahkan sempat menyentuh Rp 16.200.

Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan ada sejumlah sektor yang terdampak dari penguatan dolar AS ini, yaitu sektor yang bahan bakunya impor akan terpukul.

"Yang pertama terasa adalah sektor yang bahan bakunya dari impor tinggi seperti tekstil pakaian jadi dan farmasi," kata Bhima saat dihubungi detikcom, Sabtu (21/3/2020).

Dia mengungkapkan, seharusnya sektor farmasi bisa mendapatkan laba di tengah kondisi seperti ini, karena kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan meningkat.

Namun hal ini akan terkendala oleh bahan baku yang 90% berasal dari luar negeri. "Sehingga sangat sensitif terhadap biaya operasional yang juga terus meningkat," kata dia.

Kemudian sektor makanan dan minuman ini juga akan sangat terpengaruh, tetapi tidak langsung karena proses impor membutuhkan waktu selama 100 hari.

Hal ini membuat ada jeda ke masyarakat. Sektor berikutnya adalah otomotif, industri elektronik. "Sektor ini komponennya sangat sensitif terhadap pelemahan rupiah," kata dia.

Dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), kurs tengah dolar AS terhadap rupiah hari ini telah menyentuh level Rp 16.273. Dalam sepekan kurs tengah JISDOR bergerak di rentang Rp 14.815-16.273.

Beberapa bank dalam negeri sendiri telah menjual dolar AS sampai Rp 16.500. Mengutip laman resmi bank, Jumat (20/3/2020), BCA menjual dolar AS seharga Rp 16.521 per pukul 09.16 WIB. Kemudian, BCA membeli dengan harga Rp 15.971.


Sumber: Detik.com