Nasib Bisnis Wedding Organizer di Tengah Corona



Jakarta - Virus Corona tak hanya mematikan buat manusia, tetapi juga bisnis wedding organizer (WO). Hal itu karena adanya larangan membuat keramaian termasuk membuat pesta pernikahan demi menekan penyebaran virus menular tersebut.

General Manager Simple Wedding Indonesia, Sagaf Basry mengatakan bisnisnya seakan mati suri karena tidak berjalan selama pandemi ini. Banyak acara terpaksa ditunda hingga beberapa bulan ke depan.

"Nggak ada orang kumpul, nggak ada wedding, sudah pasti bisnisnya mati suri. Yang mundur sampai saat ini sekitar 15 wedding dari Maret-April. Mundurnya kita serahkan mereka untuk memilih tanggal lagi dan kebanyakan mereka memilih di tahun ini juga (2020)," kata Sagaf kepada detikcom, Minggu (19/4/2020).

Hal itu membuat perusahaan menanggung kerugian hingga miliaran rupiah. Banyak pasangan yang sudah ingin melakukan DP (down payment) namun memilih untuk menunda.

"Cancellation itu berdampak besar terhadap cashflow perusahaan. Dari kerugian secara nominal itu bisa miliaran, satu digit miliar ada. Itu sangat besar buat perusahaan WO," ucapnya.

Dihubungi secara terpisah, hal yang sama juga dirasakan oleh Owner Big Enterprise, Bigson Alandro. Ia menyebut sudah ada 10 wedding yang ditunda.

"Sejauh ini yang sudah pasti (ditunda) itu 10 wedding ada. Itu yang Maret-April. kalau Juni-Juli masih melihat situasi," ucapnya.

Bigson merasa prihatin dengan adanya pandemi ini karena sangat memukul keberlangsungan bisnisnya. Tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan selama Corona ini masih ada di bumi.

"(Corona) sangat berpengaruh sekali dimana ini event-nya jadi di postpone otomatis tidak ada kegiatan yang hari H-nya. Pandemi ini membuat kita sangat-sangat prihatin," katanya.

Lalu, bagaimana nasib karyawannya?

Puluhan Pekerja Lepas Tak Terpakai

General Manager Simple Wedding Indonesia, Sagaf Basry mengatakan semua karyawan telah bekerja dari rumah. Haknya sebagai pekerja masih bisa dipenuhi sampai bulan Maret, namun diperkirakan untuk bulan Mei akan ada pemotongan gaji.

"Karyawan sementara work from home semua. Untuk bulan Mei mungkin hanya basic salary yang bisa kita kasih, jadi ada potongan. Kita komunikasikan juga ini ke semua karyawan, mereka mengerti dan semoga ini segera selesai," tuturnya kepada detikcom, Minggu (19/4/2020).

Untuk pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) pun masih belum tahu bagaimana nasibnya.

"Kita mengusahakan sih tetap dapat (THR) tapi ini kita sambil lihat. Sebenarnya ini nggak mudah buat semua perusahaan memberikan THR, tapi kita masih mengusahakan," ucapnya.

Sedangkan untuk puluhan pekerja lepas (freelance), Sagaf bilang, sementara tidak diperlukan dan tidak diberi gaji karena tidak ada acara yang berlangsung.

"Yang freelance ya masih kita jaga lah komunikasi. Freelance kan nggak ada kewajiban dari perusahaan, hanya kontrak saja kalau diperlukan. Jadi nggak ada kontrak gaji memang dari awal," sebutnya.

Dihubungi secara terpisah, hal yang sama juga dikatakan oleh Owner Big Enterprise, Bigson Alandro. Ia menyebut untuk sementara tidak memakai tenaga pekerja lepas.

"Untuk karyawan tetap, ya tetap digaji. Cuma yang kita prihatinkan ini pekerja-pekerja freelance. Tidak hanya di WO tapi juga di dekorasi, foto, video, dan sebagainya itu yang jadi keprihatinan kita karena tidak lagi ada event jadi belum bisa memberdayakan," katanya.

Minta Insentif ke Pemerintah

Demi keberlangsungan bisnis, General Manager Simple Wedding Indonesia, Sagaf Basry berharap pemerintah memberikan insentif pajak kepada sektor usahanya. Bagaimanapun bisnisnya ikut terdampak Corona.

"Kami berharap pemerintah lebih aware lah melihat dampak Corona ini. Tidak hanya pariwisata secara umum tapi di wedding ini memang cukup berat. Kebanyakan dari pengusaha WO ini kan usaha kecil menengah, itu perlu betul-betul dipermudah untuk relaksasi pajaknya sehingga mereka betul-betul memikirkan survive-nya saja dulu, memang sudah nggak mungkin untung di tahun ini," tuturnya kepada detikcom, Minggu (19/4/2020).

Selain itu, ia juga meminta agar pemerintah memberikan kelonggaran kontrak untuk gedung yang biasa dijadikan tempat pernikahan.

"Venue (tempat) yang dikelola pemerintah kan banyak di bawah kementerian. Seperti Sucofindo itu (milik) BUMN, Smesco di bawah Kementerian Koperasi itu kita bekerja sama. Nah pemerintah bisa mempermudah dari sisi kontrak," ucapnya.

"Misalnya kontrak kita setahun tapi karena ada pandemi ini kontrak yang sudah kita sepakati kan sudah pasti lost (hilang), selama setahun mungkin wedding hanya terisi 50% itu sudah bagus sampai akhir tahun. Alangkah baiknya pemerintah memberikan kelonggaran sehingga kontrak itu bisa 1,5 tahun misalnya," tambahnya.


Sumber: Detik.com