Produksi April-Mei Surplus, Stok Beras Aman Sampai Ramadhan


Jakarta - Beberapa wilayah di Indonesia telah memasuki masa panen padi. Bulan April sampai Mei diprediksi menjadi masa puncak musim panen tanaman padi.

Berdasarkan data Kerangka Sampling Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), luas panen April dan Mei diprediksi lebih besar ketimbang pada Maret lalu. Musim panen April diperkirakan akan menghasilkan produksi 5,27 juta ton beras, sedangkan panen bulan Mei diprediksi memproduksi 3,8 juta ton beras.

Dari hasil panen April, diperkirakan ada surplus beras mencapai 2,8 juta ton sehingga total stok beras di bulan tersebut menyentuh 6,7 juta ton. Surplus beras juga diperhitungkan terjadi pada bulan Mei sekitar 1,3 juta ton, sehingga menambah ketersediaan beras menjadi 8 juta ton.

Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso meyakini stok beras di Indonesia masih cukup menjelang bulan suci Ramadhan di tengah pandemi virus Covid-19.

"Memang bulan Maret kemarin produksinya belum di puncak seperti halnya tahun-tahun lalu. Ya karena petani-petani ini musim tanamnya bergeser, banyak yang tanam di Januari," kata Sutarto dalam keterangan tertulis Kementerian Pertanian (Kementan) yang diterima detikcom, Minggu (5/4/2020).

Pemerintah, ungkap Sutarto, telah membantu menyiapkan langkah antisipatif menghadapi puncak panen raya. Di antara cara yang ditempuh, yaitu membuat Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling) dengan menggandeng penggilingan-penggilingan kecil untuk menyerap gabah petani.

"Kebetulan Perpadi ambil bagian dalam program ini. Jadi Kementan itu menggandeng penggilingan-penggilingan kecil untuk bantu serap gabah petani, nah darimana modalnya, digandeng jugalah lembaga keuangan seperti KUR dari perbankan untuk membiayai penggilingan yang kecil-kecil ini," terang Soetarto.

Ia menambahkan, upaya pemerintah menyiapkan antisipasi panen raya merupakan langkah untuk menjaga harga beras tetap stabil. Selain itu, langkah tersebut turut menghidupkan kembali penggilingan skala kecil supaya lebih berdaya

Senada dengan Soetarto, Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menyambut positif langkah pemerintah yang sudah mengantisipasi puncak panen raya dengan memberdayakan penggilingan untuk menyerap gabah, serta kerjasama dengan Gojek untuk layanan antar bahan pangan.

"Saya kira pemerintah sudah melakukan beberapa langkah inovatif dan strategis terutama untuk meyakinkan rakyat bahwa bahwa meskipun kondisi yang sedang terbatas tetap akan terus dicarikan solusinya," kata Winarno.

Dengan adanya Kostraling, Winarno berharap pada puncak panen raya nanti harga di tingkat petani tetap stabil, sehingga Harga Pembelian Pemerintah (HPP) tidak di bawah biaya produksi petani. Berdasarkan Permendag 24 tahun 2020 yang baru saja ditetapkan, HPP untuk gabah kering panen naik menjadi Rp. 4.200 per kg.

Sementara itu, Direktur PPHTP Ditjen Tanaman Pangan Kementan Gatut Sumbogodjati menjelaskan, selama 6 hari terhitung dari tanggal 29 Maret sampai 3 April sudah ada 163 Kabupaten yang melaporkan lahan yang sedang dan siap panen.

"Ini kondisi riil di lapangan, jadi kami ada hitungan matematis dengan BPS dan kami juga ada laporan riil di lapangan," sebut Gatut.

Ia menambahkan, produktivitas di lahan pertanian padi seluruh Indonesia terpantau cukup tinggi. Produksi beras di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah rata-rata 7-8 ton per hektar. Adapun di luar Jawa, produksi berkisar di atas 5 ton per hektar.

"Jadi tidak benar ada penurunan provitas akibat adanya (perubahan kondisi) cuaca. Terkait harga, dengan kadar air 15%. masih bagus di kisaran Rp 4.600 per kg GKP. Sedangkan harga beras medium di PIBC untuk IR 64 III harganya masih di Rp 8.500 dan IR 42 di harga RP 11.500, jika ditilik tahun lalu harganya di kisaran yang sama, tidak ada kenaikan. Jadi tidak perlu risau, kami pastikan stok pangan bulan April ini aman," ujar Gatut.




Sumber: Detik.com