Ada Peluang Baru di Sektor Makanan dan Minuman Imbas Corona



Jakarta - Di tengah pandemi virus Corona (COVID-19), kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi produk terutama makanan dan minuman berubah drastis. Sebuah survei dari MarkPlus Inc. terhadap 110 responden membuktikkan bahwa kesetiaan konsumen terhadap sebuah merek menurun hingga 75,7%.

Dalam kondisi keterbatasan mulai dari aktivitas dan stok berbagai produk, konsumen lebih cenderung mengutamakan produk yang tersedia stoknya. Jika stok dari produk yang biasa dibeli tidak tersedia, konsumen tidak ragu untuk beralih kepada merek lain.

Selain itu, menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman, masyarakat saat ini juga lebih mengutamakan keamanan dan kebersihan makanan. Menurutnya, fenomena ini jadi peluang besar bagi para pemain baru di industri makanan dan minuman. 

"Orang memprioritaskan availability, food safety, dan hygiene daripada brand. Kalau tidak ada brand yang biasa dibeli tanpa berpikir lagi karena availabiility. Demikian juga brand yang tidak memperhatikan food safety dan hygiene akan langsung di-shifting oleh konsumen. Dan ini menjadi kesempatan bagi new comer," kata Adhi dalam MarkPlus Industry Roundtable, Selasa (19/5/2020).
Ia pun mencontohkan, saat ini banyak masyarakat yang memulai bisnis makanan dan minuman melalui aplikasi online.

"Banyak produsen-produsen pemula menjual online sangat laris karena mereka mengedepankan enak, hygiene, food safety, dan penanganan produknya juga jelas mereka mengutamakan protokol yang ada," terang Adhi.

Ia pun mengingatkan para pelaku industri makanan dan minuman yang sudah ada. "Ini tantangan bagi pemain eksisting," imbuh Adhi.

Tak hanya dari sisi konsumsi, dari sisi pendapatan pelaku industri makanan dan minuman juga akan berubah drastis, karena masyarakat mulai mengutamakan untuk menyimpan uangnya. 

Selain itu, ia juga mencatat saat ini terjadi perubahan cara berjualan atau promosi dengan mempertimbangkan kebiasaan konsumen di tengah pandemi ini akan berdampak besar pada keberlangsungan industri makanan dan minuman. 

"Shifting dalam channel penjualan, di mana distribusi akan berubah, cara memasarkan juga akan berubah, handling product akan berubah, less dine in dan sebagainya. Juga shifting income dan penjualan. Orang mulai memikirkan bagaimana menabung, di tengah COVID-19 ini orang sadar harus punya tabungan," pungkasnya.


Sumber: Detik.com