Bos BI: Kami Mati-matian Cegah Dolar AS Tembus Rp 17.000
Jakarta - Pada akhir Maret 2020 lalu nilai tukar rupiah
digencet dolar Amerika Serikat (AS), bahkan mendekati Rp 17.000. Penguatan
dolar AS semakin menjadi ketika investor asing melakukan aksi jual surat utang
negara (SUN) milik pemerintah Rp 160-170 triliun.
"Pasca-COVID, investor asing jual SBN (Surat Berharga
Negara), mau tukar ke dolar, jadi kurs sudah di awang-awang, sudah Rp 14.000,
mau ke Rp 15.000, dan nendang ke Rp 17.000. Investor asing mau lepas SBN hampir
Rp 160-170 triliun," kata Perry dalam rapat kerja gabungan dengan Komisi
XI, Kemenkeu, OJK, dan LPS, Rabu (6/5/2020).
Namun, kini rupiah kembali menguat atas dolar AS. Pada perdagangan pagi ini dolar AS bergerak di level Rp 15.030-15.090. Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mati-matian menjaga stabilitas nilai tukar hingga pada akhirnya tak jadi menyentuh Rp 17.000.
Namun, kini rupiah kembali menguat atas dolar AS. Pada perdagangan pagi ini dolar AS bergerak di level Rp 15.030-15.090. Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mati-matian menjaga stabilitas nilai tukar hingga pada akhirnya tak jadi menyentuh Rp 17.000.
"Kursnya waktu bulan Maret kemarin kami mati-matian
menggunakan seluruh resources kami agar rupiahnya tidak tembus Rp 17.000.
Alhamdulillah sekarang sudah menguat," ujar Perry.
Adapun cara menahan dolar AS semakin menggempur rupiah yakni
dengan menguras cadangan devisa hingga US$ 7 miliar atau Rp 105 triliun. Oleh
sebab itu cadangan devisa di akhir Maret 2020 berada di posisi US$ 121 miliar,
turun US$ 9,4 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
"Kami tidak minta diterimakasihkan. Kami buka ini
kepada masyarakat agar memahami. Ingat, Maret kurs melemah cepat sehingga kami
lakukan stabilitas cepat. Kami bantu pemerintah untuk stabilkan pasar SBN agar
yield tidak meroket, sehingga kami beli SBN di pasar sekunder Rp 166,2
triliun," tutupnya.
Sumber: Detik.com