Jakarta - Perekonomian Indonesia diprediksi masih akan
tertekan akibat penyebaran COVID-19 di berbagai wilayah.
Pemerintah bahkan memiliki sejumlah prediksi dengan kondisi berat dan sangat berat untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Pemerintah bahkan memiliki sejumlah prediksi dengan kondisi berat dan sangat berat untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Tekanan terhadap ekonomi ini terjadi karena pandemi yang
baru terjadi pada Maret dan meluas ke banyak wilayah.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pertumbuhan ekonomi domestik berdasarkan Nowcasting kuartal I 2020 diprediksi 4,5-4,7%. Menurut dia dibanding beberapa negara besar kondisi perekonomian Indonesia kuartal I masih lebih baik.
"Namun tetap perlu waspada pada eskalasi tekanan ke depan, mengingat Indonesia pandemi baru terjadi pada Maret dan meluas secara eksponensial bahkan ke wilayah periferi," kata Sri Mulyani dalam rapat virtual dengan Banggar DPR, Senin (4/5/2020).
Dia menjelaskan pertumbuhan ekspor kuartal I tumbuh 2,9% dan impor minus 3,7%. Kontraksi impor ini terjadi karena adanya penurunan impor bahan baku dan barang modal.
Sri Mulyani mengatakan, beberapa indikator yang menunjukkan ekonomi tertekan sejak Maret adalah Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur yang pada April turun 27,5 dibanding periode Maret 45,3. Angka ini terkontraksi di level terendah pada 2011.
Karena itu, pemerintah memiliki skenario berat yakni pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 berada di 2,3%. Kemudian skenario sangat berat -0,4%. "Proyeksi dilakukan berdasarkan skenario mengingat ketidakpastian yang masih tinggi," imbuh dia.
Akibat COVID-19 ini ada sekitar 12.703 penerbangan domestik dan internasional di 15 bandara yang dibatalkan. Kemudian pendapatan di sektor layanan udara menguap Rp 207 miliar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pertumbuhan ekonomi domestik berdasarkan Nowcasting kuartal I 2020 diprediksi 4,5-4,7%. Menurut dia dibanding beberapa negara besar kondisi perekonomian Indonesia kuartal I masih lebih baik.
"Namun tetap perlu waspada pada eskalasi tekanan ke depan, mengingat Indonesia pandemi baru terjadi pada Maret dan meluas secara eksponensial bahkan ke wilayah periferi," kata Sri Mulyani dalam rapat virtual dengan Banggar DPR, Senin (4/5/2020).
Dia menjelaskan pertumbuhan ekspor kuartal I tumbuh 2,9% dan impor minus 3,7%. Kontraksi impor ini terjadi karena adanya penurunan impor bahan baku dan barang modal.
Sri Mulyani mengatakan, beberapa indikator yang menunjukkan ekonomi tertekan sejak Maret adalah Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur yang pada April turun 27,5 dibanding periode Maret 45,3. Angka ini terkontraksi di level terendah pada 2011.
Karena itu, pemerintah memiliki skenario berat yakni pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 berada di 2,3%. Kemudian skenario sangat berat -0,4%. "Proyeksi dilakukan berdasarkan skenario mengingat ketidakpastian yang masih tinggi," imbuh dia.
Akibat COVID-19 ini ada sekitar 12.703 penerbangan domestik dan internasional di 15 bandara yang dibatalkan. Kemudian pendapatan di sektor layanan udara menguap Rp 207 miliar.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada
Februari 2020 juga tercatat minus 30%. Prakiraan penurunan tingkat okupansi
hotel dan potensi kehilangan devisa pariwisata mencapai minus 50%.
Lebih dari 1,9 juta pekerja dari 144.340 perusahaan dirumahkan atau di-PHK. Total dengan perkiraan yang belum teridentifikasi dapat mencapai 3 juta orang.
Lebih dari 1,9 juta pekerja dari 144.340 perusahaan dirumahkan atau di-PHK. Total dengan perkiraan yang belum teridentifikasi dapat mencapai 3 juta orang.
Ramalan IMF dan Bank Dunia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan Bank
Dunia memprediksi ekonomi Indonesia minus 3,5% atau 2,1% pada tahun ini.
Kemudian pada 2021 ekonomi Indonesia diproyeksi berada di kisaran 5,2%.
Kemudian Asian Development Bank (ADB) memproyeksi ekonomi Indonesia 2,5% pada 2020 dan 5% pada 2021. Selain itu Moody's juga meramal perekonomian Indonesia akan tumbuh 3% tahun ini dan 4,3% pada tahun depan.
Selanjutnya International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi Indonesia 0,5% pada 2020 dan 8,2% pada 2021. Lalu pemerintah Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam skenario berat di kisaran 2,3% dan skenario sangat berat minus 0,4%.
"Kenapa terjadi variasi dari prediksi, karena sampai hari ini tidak ada yang tahu berapa lama dan seberapa dalam dampak COVID-19 ini ke perekonomian. Ini juga menunjukkan ketidakpastian karena tergantung seberapa lama lockdown atau pembatasan dilakukan," kata dia dalam rapat virtual dengan Banggar DPR, Senin (4/5/2020).
Sebelumnya, Menteri Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama atau kuartal I-2020 berada 4,5%. Menurutnya angka ini masih cukup lebih baik dibandingkan beberapa negara besar yang mengalami kontraksi lebih buruk akibat virus Corona.
Kemudian Asian Development Bank (ADB) memproyeksi ekonomi Indonesia 2,5% pada 2020 dan 5% pada 2021. Selain itu Moody's juga meramal perekonomian Indonesia akan tumbuh 3% tahun ini dan 4,3% pada tahun depan.
Selanjutnya International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi Indonesia 0,5% pada 2020 dan 8,2% pada 2021. Lalu pemerintah Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam skenario berat di kisaran 2,3% dan skenario sangat berat minus 0,4%.
"Kenapa terjadi variasi dari prediksi, karena sampai hari ini tidak ada yang tahu berapa lama dan seberapa dalam dampak COVID-19 ini ke perekonomian. Ini juga menunjukkan ketidakpastian karena tergantung seberapa lama lockdown atau pembatasan dilakukan," kata dia dalam rapat virtual dengan Banggar DPR, Senin (4/5/2020).
Sebelumnya, Menteri Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama atau kuartal I-2020 berada 4,5%. Menurutnya angka ini masih cukup lebih baik dibandingkan beberapa negara besar yang mengalami kontraksi lebih buruk akibat virus Corona.
"Pertumbuhan kuartal I-2020 kita antara 4,5 dan
4,7%," kata dia.
Menteri Sri Mulyani menyebut data sampai dengan minggu kedua pada bulan Maret 2020 sebelum diumumkan adanya virus corona di Indonesia masih menunjukkan denyut ekonomi yang positif. Namun, terjadi kontraksi di dua minggu selanjutnya.
Menteri Sri Mulyani menyebut data sampai dengan minggu kedua pada bulan Maret 2020 sebelum diumumkan adanya virus corona di Indonesia masih menunjukkan denyut ekonomi yang positif. Namun, terjadi kontraksi di dua minggu selanjutnya.
Sumber: Detik.com