Orang RI Tahan Belanja Imbas Covid-19 Itu Nyata!



Jakarta - Pandemi COVID-19 membuat perekonomian global tertekan, termasuk perekonomian Indonesia. Hal ini juga menyebabkan turunnya daya beli massyarakat.

Kepala ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro mengungkapkan saat ini mayoritas penduduk Indonesia menahan pengeluaran untuk menjaga konsumsi.

Menurut dia hal ini dilakukan karena masyarakat saat ini cenderung mengalokasikan pendapatan untuk bertahan di tengah pandemi. "Masyarakat lebih cenderung defensif di semua tingkat. Pengeluaran masyarakat menjadi rendah," kata dia dalam diskusi online, Jumat (8/5/2020).
Dia mengungkapkan, dari survei ada tiga kebiasaan masyarakat Indonesia saat mendapatkan gaji yakni konsumsi atau belanja kebutuhan, membayar utang dan menabung.

Namun saat ini, masyarakat mengutamakan kebutuhan pokok, obat-obatan atau vitamin hingga kebutuhan yang menunjang pekerjaan dari rumah. "Nah ini akan menjadi tren baru ke depan. Memang akan ada perubahan dari pola konsumsi masyarakat," jelas dia.

Andry mengungkapkan, apalagi selama vaksin belum ditemukan maka masyarakat otomatis menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Misalnya masalah kesehatan yang menjadi perhatian utama, menjaga jarak. Dari sinilah ada sejumlah produk-produk yang memiliki peluang penjualan yang baik.

Menurut dia saat ini memang data pasien yang terdampak COVID-19 masih mengalmami peningkatan. Kemudian sejumlah prediksi yang dibuat beberapa lembaga menyebut jika Indonesia akan memasuki masa pemulihan pada Juni dan Juli karena masa puncak telah terlewati.
Namun ada beberapa prediksi yang menyebut jika ekspektasi selesai pandemi di Indonesia ini terjadi pada September 2020. "Bagaimana kalau ini berkepanjangan? Ada prediksi sampai kuartal III nah ini jadi catatan untuk kita menyiapkan skenario yang lebih panjang," ujar dia.

Dia menyebut jika dilihat secara historis penyebaran virus yang paling lama adalah flu burung dengan durasi 8 bulan. Namun saat ini untuk COVID-19 sudah terhitung 6 bulan, lebih panjang dari penyebaran SARS, MERS, EBOLA dan ZIKA.

Hal ini berdampak pada perkembangan ekonomi global ketika terjadi pembatasan aktivitas dunia usaha yang menimbulkan tekanan. "Ketika produksi berkurang ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi di berbagai dunia menjadi terbatas. Karena itu untuk menopang hal tersebut dibutuhkan stimulus yang besar," jelas dia.



Sumber: Detik.com