Rekor Buruk! Ekonomi Inggris Menyusut 5,8% Gegara Corona



Jakarta - Ekonomi Inggris menyusut 5,8% pada bulan Maret dan mencatat rekor baru kemunduran ekonomi. Hal itu disebabkan karena terpukul oleh pandemi virus Corona (COVID-19).

Menurut Kantor Statistik Nasional Inggris, kontraksi yang terjadi terburuk sejak pencatatan bulanan sepanjang 1997. Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris pada kuartal I-2020 turun 2% dibanding kuartal sebelumnya. Penurunan ini merupakan yang terjadi paling tajam sejak krisis keuangan global.

"Dengan kedatangan pandemi hampir setiap aspek ekonomi terpukul pada Maret, menyeret pertumbuhan ke rekor penurunan bulanan. Layanan dan konstruksi mencatat penurunan pada bulan tersebut dengan pendidikan, penjualan mobil dan restoran semua jatuh secara substansial," kata Ahli Statistik Ekonomi Jonathan Athow, dilansir CNN, Kamis (14/5/2020).

Resesi diperkirakan dapat lebih buruk pada bulan April dan Mei. Toko-toko, pub, restoran, teater, bioskop dan pusat kebugaran di Inggris baru ditutup pada minggu terakhir bulan Maret, ketika pemerintah memperketat tindakan lockdown untuk menekan penyebaran COVID-19.

"Angka-angka PDB bulan Maret menunjukkan bahwa ekonomi Inggris telah jatuh bebas dalam dua minggu sejak pembatasan diberlakukan. Dengan pembatasan yang diberlakukan hingga pertengahan Mei dan hanya terangkat sedikit, April akan jauh lebih buruk," kata Ekonom Senior Inggris, Ruth Gregory.

Beberapa sektor industri mencatat penurunan pada bulan tersebut. Hanya pembuatan obat-obatan, sabun dan produk pembersih satu-satunya bidang yang tumbuh selama kuartal pertama.

Bank of England memperingatkan bahwa ekonomi Inggris bisa menyusut hingga 14% tahun ini. Hal itu akan menjadi kontraksi tahunan terbesar sejak penurunan 15% pada 1706, berdasarkan estimasi terbaik data historis bank.

Dalam sebuah laporan yang meneliti dampak COVID-19, bank sentral mengatakan PDB bisa turun sebanyak 25% pada kuartal kedua, meninggalkan ekonomi sekitar 30% lebih kecil daripada akhir 2019. Pengangguran meningkat menjadi 9%.

Bank of England mengharapkan pemulihan ekonomi bisa cepat pada 2021. Tetapi semua tergantung pada pelonggaran bertahap, langkah-langkah jarak sosial, hingga stimulus moneter dan fiskal.

"Sangat signifikan, tergantung pada evolusi pandemi dan bagaimana pemerintah, rumah tangga dan bisnis merespons," ujarnya.

Bank sentral telah bergerak untuk melawan goncangan ekonomi yang disebabkan oleh tindakan lockdown selama berminggu-minggu. Salah satunya dengan memangkas suku bunga ke rekor terendah di bulan Maret dan meluncurkan program pembelian obligasi senilai £ 200 miliar atau setara dengan US$ 248 miliar.

Pemerintah Inggris telah meluncurkan paket stimulus yang mencakup keringanan pajak untuk bisnis dengan total £ 30 miliar atau setara US$ 37 miliar dan pinjaman tanpa bunga hingga 12 bulan. 

Pemerintah juga membayar gaji untuk 7,5 juta pekerja di bawah program retensi pekerjaan yang baru saja diperpanjang empat bulan hingga akhir Oktober. Ekonom memperkirakan bahwa program cuti bisa menelan biaya Departemen Keuangan Inggris hingga £ 100 miliar atau US$ 123 miliar.


Sumber: Detik.com