Saat Orang Kaya 'Balas Dendam' Borong Barang-barang Mewah



Jakarta - Pasar barang mewah di China perlahan mulai hidup kembali setelah toko dibuka April lalu. Sejak itulah orang kaya cenderung menghabiskan uang mereka seperti 'balas dendam' karena tak bisa belanja selama lockdown. Kesempatan itu menjadi angin segar bagi merek-merek papan atas.

Merek barang mewah di China, seperti Louis Vuitton, Hermes, Gucci, dan Prada kini tercatat mengalami peningkatan pesat setelah toko dibuka kembali di China.

Toko Hermes di Guangzhou misalnya, mengantongi pendapatan US$ 2,7 juta atau setara dengan Rp 39,96 miliar (kurs Rp 14.800/US$) selama April lalu. Angka itu menjadi rekor penjualan di toko China.

Menurut Claudia D'Arpizio, Mitra di Bain & Co yang berfokus pada barang-barang mewah, kini banyak merek ternama dunia mengalami lonjakan omzet setelah pendapatan anjlok pada kuartal I.
"Orang-orang terlihat gerak cepat ketika toko kembali dibuka. Meskipun angka konsumen belum seperti biasanya, keuntungan toko sudah cukup besar. Ini seperti ajang balas dendam dalam berbelanja," kata D'Arpizio.

Bain & Co memperkirakan penjualan barang mewah di seluruh dunia turun hingga US$ 100 miliar tahun ini, atau sekitar sepertiga dari US$ 300 miliar pada 2019. Sedangkan 2020 turun sekitar US$ 200 miliar hingga US$ 240 miliar. Hingga kini belum dapat diperkirakan apakah 2022 hingga 2023 perusahaan ritel dapat pulih kembali.

Meski begitu, tren besar dalam berbelanja barang mewah dapat berpindah ke belanja online. 

Perusahaan ritel tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membuat toko karena toko online dapat menjadi alternatif dan lebih dekat dengan konsumen.

Setelah balas dendam dengan belanja barang mewah, pengeluaran orang kaya bisa saja berubah prioritas dan berpaling ke kebutuhan fisik. Dalam waktu satu hingga dua tahun, orang akan lebih milih ke restoran untuk makan atau liburan untuk refreshing.



Sumber: Detik.com