Jakarta - Australia mencatat kenaikan angka pengangguran
bulanan terbesar dalam sejarah imbas virus Corona. Lonjakan pengangguran
diramal akan mencapai rekornya meski pembatasan sosial mulai dilonggarkan.
Biro Statistik Australia mencatat 594.300 pekerjaan hilang
di April, atau merupakan rekor terbesar. Tingkat pengangguran naik menjadi
6,2%, tertinggi sejak September 2015. Angka ini lebih rendah dari perkiraan
ekonom di level 8,3%.
"Ini merupakan hari yang berat buat Australia,"
kata PM Australia Scott Morrison dikutip dari Reuters, Kamis (14/5/2020).
Pekan lalu, Reverse Bank of Australia (RBA) bahkan memberi
ramalan yang lebih buruk lagi. Menurut RBA, tingkat pengangguran di Australia
akan mencapai 10% dari total penduduk. Prediksi RBA diperkuat dengan catatan penurunan pertumbuhan ekonomi Australia yang menyusut sebesar 8% dari
sebelumnya.
Untuk diketahui, Australia memang memberlakukan
langkah-langkah pembatasan aktivitas sosial yang cukup ketat sejak Maret demi
mengatasi pandemi tersebut. Mulai dari menutup perbatasannya atau lockdown
untuk semua warga asing dan memerintah warganya untuk tetap tinggal di rumah
kecuali untuk urusan penting.
Berbagai aktivitas bisnis ditutup terutama yang mendatangkan
banyak orang seperti pub atau bar, pusat olahraga, perpustakaan dan bangunan
umum lainnya seperti mal. Sedangkan kafe dan restoran dibatasi untuk layanan
take-away saja.
Langkah-langkah ini dianggap cukup efektif. Mengingat angka
kasus COVID-19 di Australia memang masih berada jauh dari catatan kasus di
Amerika Utara dan Eropa. Sejauh ini, jumlah kasus positif COVID-19 di Australia
sekitar 7.000 kasus dan kasus meninggal dunia karena COVID-19 sebanyak 98
kasus.
New South Wales, negara bagian terpadat di Australia, bahkan
hanya mencatat 4 kasus saja.
Pemerintah Australia kini tengah menyiapkan rencana bertahap
untuk menghapus kebijakan lockdown tersebut dan membuka kembali aktivitas warga
serta ekonomi di Negeri Kanguru itu.
Rencananya kebijakan lockdown ini akan
benar-benar dicabut pada Juli 2020 mendatang. Akan tetapi, implementasinya
tetap diserahkan kepada masing-masing pimpinan negara bagian dan teritorial
benua itu.
Pelonggaran pembatasan tersebut diyakini dapat meningkatkan
Produk Domestik Bruto (PDB) Australia sebesar $ 9,4 miliar atau US$ 6,10 miliar
setiap bulannya.
Sumber: Detik.com