Aksi Cepat Tanggap Beri Pendampingan Psikososial Untuk Pengungsi Rohingya di Aceh
Jakarta - Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lhokseumawe bersama
Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) memberi pendampingan psikososial buat
anak-anak pengungsi Rohingya di bekas Kantor Imigrasi Desa Punteuet, Blang
Mangat, Kota Lhokseumawe. Ini dilakukan untuk menghilangkan rasa trauma karena
mereka cukup lama di lautan lepas.
Kepala Cabang ACT Lhokseumawe, Thariq Farline mengatakan
pendampingan psikososial merupakan salah satu solusi untuk mengantisipasi
sindrom pascatrauma di kalangan anak-anak.
Metode ini juga tepat untuk
pengungsi anak Rohingya untuk menyembuhkan psikologis mereka setelah terhempas
di tengah lautan yang ganas. Lalu ada cukup banyak anak yang ikut dalam
rombongan ini, sehingga perlu adanya edukasi.
"Tujuan kita membuat aksi ini karena mereka masih dalam
usia pendidikan yang harus diberikan edukasi yang sangat cukup. Semenjak
kejadian ini, kita berusaha melibatkan mereka agar terus aktif
berkegiatan," ujar Thariq dalam keterangan tertulis, Senin (29/6/2020), dikutip Detik.com.
Dijelaskan Thariq, ke depannya, aksi-aksi serupa akan terus
dilakukan, seperti menggambar maupun mancakrida bersama anak-anak Rohingya di
pengungsian. Kata Thariq, kini kondisi di tempat pengungsian lebih nyaman dan
anak-anak Rohingya sangat cepat dekat dengan para relawan meskipun bahasa
menjadi kendala untuk mereka.
"Harapannya juga melalui kegiatan ini, mereka dapat
ceria dan kembali ceria seperti anak-anak yang lainnya," harap Thariq.
Thariq juga mengatakan pendampingan psikososial tersebut
baru dapat terlaksana dua hari setelah berada di tempat pengungsian karena
mereka harus terlebih dahulu didata oleh pihak imigrasi.
Selain pendampingan psikososial, lanjut Thariq, kebutuhan
lain para pengungsi juga turut dipenuhi ACT. Misalnya saja menyuplai kebutuhan
pangan bagi pengungsi di sana. Tiap harinya ada 300 porsi makanan siap santap
yang dibagi untuk tiga waktu, makan pagi, siang, dan malam.
"ACT tiap harinya akan menyuplai kebutuhan makanan siap
santap bagi pengungsi Rohingya untuk makan pagi, siang, dan malam. Makanan ini
berasal dari dapur umum yang sudah ACT dirikan di Jalan Medan-Banda Aceh
Meunasah, Masjid Punteut, Kecamatan Blang Mangat, Lhokseumawe," jelas
Thariq.
Saat ini, bantuan pangan memang yang menjadi pokok bagi
pengungsi Rohingya. Hal tersebut karena mereka tiba di Aceh Utara setelah
terkatung-katung di lautan tanpa perbekalan serta kondisi kapal yang
memprihatinkan dan nyaris tenggelam. Mereka juga sekarang diisolasi, bagi pihak
yang tidak berkepentingan tak diizinkan untuk melakukan interaksi dengan mereka
dengan tujuan memutus rantai sebaran COVID-19.
Lebih lanjut Thariq menjelaskan hingga ke depannya, ACT akan
terus melakukan pendampingan terhadap pengungsi Rohingya. Satu unit Humanity
Food Truck yang mampu menghidangkan ribuan porsi makanan siap santap sedang
dalam perjalanan menuju Aceh dari Jakarta.
"Begitu juga Humanity Water Truck diberangkatkan
sebagai pemenuh kebutuhan air. Pengerahan armada ACT ini bertujuan memberikan
pelayanan terbaik bagi pengungsi yang melarikan diri dari Tanah Air sendiri
akibat konflik kemanusiaan di Myanmar," imbuhnya.
"Dengan Ikhtiar untuk membangun dan menghadirkan
kesejahteraan untuk mereka, ACT tidak bisa bekerja sendirian, kami butuh
bantuanmu! Mari bersedekah dan bantu Rohingya," pungkas Thariq.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, pada Rabu (24/6/2020)
lalu, sebuah kapal terombang-ambing di perairan Aceh Utara. Kapal itu memuat 94
warga etnis Rohingya dari Myanmar dengan rincian 15 laki-laki dewasa, 49
perempuan dewasa, dan 30 anak-anak. Mereka ditampung sementara di bekas Kantor
Imigrasi Desa Punteuet.
Lalu menurut catatan WHO, saat ini diperkirakan ada 913.316
pengungsi Rohingya di Cox's Bazar. Dari jumlah hampir satu juta orang
pengungsi, WHO menyebut semua pengungsi Rohingya di Kamp Pengungsian menghadapi
kerentanan kesehatan.