Ekonomi Dunia Diproyeksi Minus 4,9%



Jakarta - Indonesia harus mengantisipasi terpuruknya pertumbuhan ekonomi dunia imbas pandemi COVID-19. Apalagi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksi angka pertumbuhan ekonomi dunia minus 4,9% sepanjang tahun ini, lebih rendah dibandingkan proyeksi yang dirilis April yaitu minus 1,9%.

Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengusulkan tiga hal. Pertama, Indonesia harus mempercepat realisasi penyaluran stimulus untuk meredam dampak buruk COVID-19 terhadap ekonomi.

"Jadi kita memang harus melakukan percepatan menurut saya, stimulus fiskal. Jadi harapannya di semester dua ini lebih dari 80% stimulus yang sudah terealisasi di hampir semua stimulus," kata dia Kamis (25/6/2020), mengutip Detik.com.

Yang kedua adalah melaksanakan proses birokrasi tidak seperti biasanya. Di tengah pandemi COVID-19 perlu ada penyesuaian.

"Birokrasi jangan business as usual. Jadi kita menghadapi situasi krisis, harusnya, sudah ada banyak sekali diskresi tetapi ternyata di level pelaksana birokrasinya masih business as usual. Jadi itu untuk mencegah krisis khususnya tekanan daya beli itu relatif lebih dalam lagi nanti di semester kedua ini," jelasnya.

Lalu yang ketiga memberi perhatian lebih kepada UMKM dan mendorong digitalisasi UMKM. Sebab pandemi COVID-19 membuat transaksi jual-beli lebih banyak dilakukan secara online.

"Jadi ada subsidi internet gratis, ada subsidi ongkos kirim bahkan kepada penyedia parsel logistik, terus juga pemerintah seharusnya melakukan subsidi terkait dengan protokol kesehatan, pembagian APD gratis kepada kepada pelaku usaha UMKM. Nah itu yang menurut saya mendesak dilakukan," ujarnya.

Sementara Staf Khusus Menteri Keuangan Masyita Crystallin mengatakan pengambilan kebijakan atas pelemahan ekonomi dunia akan disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia.

"Kita akan melihat kondisi Indonesia juga ya karena dampak global terhadap tiap negara itu berbeda-beda, tergantung misalnya financial linkage-nya atau trade linkage-nya. Makanya di Asia sendiri juga dampak ke pertumbuhan masing-masing beda-beda kan," terangnya.

"Malaysia misalnya yang persentase perdagangan internasional terhadap PDB-nya lebih gede daripada Indonesia, Filipina gitu kan pertumbuhannya lebih terpengaruh dibandingkan Indonesia. Jadi agak spesifik tergantung kondisi negara masing-masing," tambah dia.