Barang dagangan penjual sayuran di Pasar Induk Pasir Hayam, Kabupaten Cianjur, menumpuk dan hampir busuk karena sepinya pembeli. (Ismet Selamet/detikcom) |
Cianjur - Pedagang sayuran di pasar tradisional Kabupaten
Cianjur merugi. Sepinya pembeli akibat pandemi membuat barang dagangannya tak
laku. Tidak hanya menumpuk, dagangan juga membusuk.
Tini Martini (38), pedagang sayuran di Pasar Induk Pasir
Hayam (PIP), mengungkapkan penurunan jumlah pembeli terjadi setelah Lebaran
Idul Fitri 1441 Hijriah. Bahkan dari pagi hingga menjelang sore hanya ada lima
pembeli.
"Setiap hari memang sepi, paling banyak saya melayani
10 pembeli," ujar Tini kepada detikcom, Selasa (9/6/2020).
Penjual sayuran kangkung, kemangi, kucai, dan lainnya
tersebut dalam sehari mendapatkan pasokan 80 ikat untuk setiap komoditas.
Khusus untuk bawang daun, dia dipasok 40 kilogram per hari.
Tetapi dengan penurunan tingkat pembeli, dia hanya mampu
menjual 10-20 ikat sayuran per hari. "Biasanya mah habis, kalau tidak nyisa
pun hanya beberapa ikat. Tapi sekarang malah sebaliknya. Stok banyak penjualan
sedikit," kata dia.
Kondisi tersebut membuat ia dan pedagang lainnya
masing-masing merugi hingga jutaan rupiah per minggu. "Sehari kerugian
sekitar Rp 400 ribu, seminggu jadinya jutaan rupiah," kata dia.
Senada, pedagang lainnya mengeluhkan jumlah pembeli yang
menurun sejak Lebaran. Bahkan hal itu membuat sayuran yang dia jual mulai
membusuk.
"Kalau sayur seperti ini kan cepat layu. Kalau
dibiarkan sampai besok, sudah membusuk. Sayuran layu saja orang jarang yang mau
beli. Makanya terbilang rugi, karena terpaksa dibuang kalau tidak laku hari
ini," ujar Aziz Abdurrahman, pedagang sayur di PIP.
Untuk meningkatkan penjualan, Aziz mengaku sudah berusaha
menurunkan harga meskipun keuntungannya menjadi sedikit. Namun hal tersebut
tidak berpengaruh banyak.
Pandemi membuat pembeli enggan ke pasar. Mereka lebih
memilih berbelanja di pedagang keliling atau warung.
"Harga turun, misalnya kucai dari Rp 7.000 menjadi Rp
4.000 per ikat. Turun cukup drastis, sampai 40 persen. Tapi tetap penjualan
kurang karena tidak ada pembeli. Mereka takut ke pasar," kata dia.
Kepala UPTD Pasar Induk Pasirhayam Doni Tri Wibowo mengatakan
penurunan jumlah pembeli terjadi sejak adanya pandemi. Saat Ramadhan terjadi
perbaikan jumlah pembeli, namun kembali menurun setelah Lebaran.
"Masih menurun sampai sekarang, padahal kami sudah
upayakan protokol kesehatan untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 sehingga
pembeli tidak usah takut untuk belanja ke pasar. Kami pun berharap pandemi
segera berakhir supaya penjualan di pasar tradisional kembali normal,"
pungkasnya.
Sumber: Detik.com