Pemerintah Perlu Awasi Ketat Angkutan Umum Saat New Normal



Jakarta - Saat new normal berlaku, masyarakat diprediksi akan kembali menggunakan kendaraan pribadi masing-masing sehingga terjadi kepadatan di jalan. Kondisi ini tentu tidak diinginkan di tengah pandemi Corona (COVID-19).

Oleh sebab itu, pemerintah diminta menyediakan sarana angkutan umum yang memadai dilengkapi protokol kesehatan ketat, seperti physical distancing hingga wajib masker.

Tidak hanya penambahan sarana yang perlu diatur, penambahan ruang tunggu sementara di stasiun kereta dan ruang halte bus juga perlu dipikirkan untuk menampung sejumlah pengguna transportasi umum yang sedang menunggu.

"Di setiap stasiun dapat dilengkapi thermal camera untuk sensor suhu tubuh. Kalau pengguna bus, sensor tersebut dapat disediakan di pintu masuk bus sehingga ketika memasuki bus dapat terdeteksi suhu tubuh dari wajahnya. Dapat pula ditambahkan aturan seperti membatasi usia (yang rentan terhadap penyakit menular) pengguna transportasi umum, penggunaan jenis pakaian. Juga selama berada di kereta atau bus perlu ditambahkan dilarang menggunakan telpon genggam," ujar Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno kepada detikcom, Senin (1/6/2020)

Peralatan salat di Musala juga harus diperhatikan, masing-masing orang disarankan membawanya sendiri sekarang. Pihak pengelola tidak perlu menyediakan peralatan shalat dan meniadakan karpet lantai.

Jika new normal mengharuskan semua masyarakat masuk kerja dengan jadwal seperti kondisi sebelum pandemi, penumpang angkutan umum tidak dapat dijamin akan melakukan jaga jarak. Agar tidak timbul kekacauan di sektor transportasi saat new normal, pengaturan kegiatan manusia juga harus dipikirkan.
Kegiatan publik pada masa new normal harus dapat dikendalikan intensitasnya, tidak seperti saat sebelum pandemi. Jangan semuanya harus kembali kerja ke kantor, yang masih bisa kerja di rumah tetap laksanakan itu agar tidak terjadi penumpukan massa.

Sedangkan sektor yang menuntut pekerja harus datang langsung, pengaturan jadwal kerja harus dipikirkan agar pergerakan orang bervariasi dan tidak menumpuk pada jam yang sama seperti sebelum pandemi. Jika tidak begitu, maka perusahaan disarankan untuk sediakan angkutan umum bagi para karyawannya.

"Menyediakan angkutan bagi karyawannya, bekerja sama dengan perusahaan transportasi umum dapat membantu bisnis perusahaan transportasi umum yang sedang menuju titik nadir bisnisnya," ucapnya.

"Di sisi lain hal ini merupakan peluang bagi pemerintah untuk menata sungguh-sungguh layanan transportasi umum (yang) higienis. Penyelenggaraan sistem transportasi higienis menjadi keharusan mengikuti arah perkembangan kenormalan baru. Pemenuhan protokol kesehatan menjadi keharusan," tutupnya.


Sumber: Detik.com