Gejala Berisiko Bunuh Diri
Jakarta - Nekat menusuk diri dibagian dada hingga 4 kali dengan pisau dan terakhir
di bagian leher, Almarhum diduga depresi hingga nekat menyakiti
dirinya sendiri. Polisi menyimpulkan dari hasil penyelidikan dan fakta-fakta
lapangan, Editor Metro TV Yodi Prabowo meninggal karena bunuh diri.
Diluar dari kasus Yodi, secara umum, Psikiater, Kepala
Instalasi Rehabilitasi Psikososial dari RS.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor dan
RS.Siloam Bogor, dr.Lahargo Kembaren, SpKJ mengatakan segala hal tentang bunuh
diri adalah hal serius dan bukan untuk bercanda. Sehingga tidak boleh
menganggap remeh hal ini. Pencegahan bunuh diri masih merupakan masalah
universal yang memerlukan kolaborasi dari semua pihak.
“Setiap fenomena bunuh diri selalu meninggalkan perenungan
bagi kita semua, perasaan kaget, sedih, kecewa, marah, takut, cemas,
memunculkan pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi dan juga semangat untuk
melakukan pencegahan agar hal itu tidak kembali terjadi,” jelasnya kepada, Sabtu
(25/7), dikutip dari Riaupos.co.
Dampak yang disebabkan oleh fenomena bunuh diri ini juga
bukanlah hal yang ringan, kehilangan orang yang dikasihi/dikagumi, perasaan
traumatik akibat peristiwa tersebut bagi keluarga dan mereka yang menyaksikan
kejadian bunuh diri. Menurutnya, untuk setiap 1 kasus bunuh diri terdapat 135
orang yang terkena dampaknya.
Menurut World Health Organization (WHO), lembaga kesehatan
dunia, angka kejadian bunuh diri setiap tahun ada 800 ribu orang, jadi dalam 40
detik ada 1 orang yang melakukan bunuh diri. Angka terbanyak kejadian bunuh
diri berada pada rentang usia 15-29 tahun. 1,4 persen kematian di seluruh dunia
disebabkan oleh bunuh diri.
Kenali Tanda dan Gejalanya
Seorang yang melakukan bunuh diri ataupun masih mencoba bunuh
diri sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin mengakhiri hidupnya. Mereka
sebenarnya ingin penderitaan konflik yang dialaminya cepat berakhir.
Hanya sayangnya, bunuh diri yang menjadi pilihan karena
seolah tidak ada bantuan lain yang bisa diharapkan. Ada beberapa tanda dan
gejala bunuh diri yang perlu diketahui agar bisa melakukan pencegahan.
Dimulai dengan berbicara tentang keinginan untuk mati atau
ingin bunuh diri. Berbicara tentang perasaan kosong, hampa dan tidak punya
alasan untuk hidup. Membuat rencana untuk bunuh diri seperti melihat website
mengenai cara bunuh diri, membeli senjata/alat untuk melakukannya, membeli
obat-obatan dalam jumlah banyak. Berbicara tentang perasaan bersalah dan malu
yang sangat berat. Berbicara tentang perasaan terjebak, tidak memiliki jalan
keluar. Merasa sakit yang berkepanjangan dan tidak ada perbaikan, fisik/psikis.
Merasa menjadi beban yang berat bagi orang lain
Lalu menggunakan minuman keras atau narkoba dan semakin
sering. Berprilaku cemas dan agitasi.
Menarik diri dari keluarga dan teman
teman. Perubahan pada pola tidur dan pola makan. Menunjukkan perilaku marah
atau keinginan balas dendam.
Berbicara dan berpikir tentang kematian semakin
sering. Perubahan mood yang ekstrem, dari sangat sedih menjadi sangat
tenang dan sangat gembira. Melepaskan posisi yang penting dalam pekerjaan,
berhenti kuliah/ bekerja. Mengucapkan selamat tinggal pada teman teman dan
keluarga. Membuat surat wasiat. Menuliskan di media sosial mengenai bunuh diri
dan kematian
“Apabila ditemukan tanda dan gejala seperti di atas
sebaiknya segera menghubungi profesional kesehatan jiwa seperti psikiater,
psikolog, perawat jiwa, dokter umum terlatih, pekerja sosial, agar segera
mendapatkan petolongan,” tutur dr. Lahargo.
2. Faktor Risiko
Setiap orang memiliki risiko untuk melakukan bunuh diri,
jenis kelamin, suku budaya, latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Perilaku bunuh
diri disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan tidak ada penyebab
tunggal. Ada beberapa faktor risiko yang membuat perilaku bunuh diri lebih
mudah terjadi, yaitu
• Depresi, gangguan jiwa lain (skizofrenia, bipolar,
ketergantungan zat)
• Kondisi penyakit tertentu
• Nyeri kronis
• Riwayat perilaku bunuh diri sebelumnya
• Riwayat anggota keluarga dengan bunuh diri, gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat
• Kekerasan dalam keluarga termasuk verbal, fisik dan seksual
• Memiliki senjata yang berbahaya di rumah
• Baru keluar dari penjara
• Terekspos/terpapar dengan perilaku bunuh diri yang dilakukan oleh orang lain seperti anggota keluarga, teman, bintang film/selebriti yang diidolakan
• Kondisi penyakit tertentu
• Nyeri kronis
• Riwayat perilaku bunuh diri sebelumnya
• Riwayat anggota keluarga dengan bunuh diri, gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat
• Kekerasan dalam keluarga termasuk verbal, fisik dan seksual
• Memiliki senjata yang berbahaya di rumah
• Baru keluar dari penjara
• Terekspos/terpapar dengan perilaku bunuh diri yang dilakukan oleh orang lain seperti anggota keluarga, teman, bintang film/selebriti yang diidolakan
“Banyak orang yang mengalami faktor risiko tersebut tetapi
tidak melakukan bunuh diri, perlu diperhatikan bahwa perilaku bunuh diri adalah
tanda adanya suatu stres yang berat yang dialami oleh orang tersebut. Setiap
pikiran dan perilaku bunuh diri harus dianggap sebagai suatu hal yang serius
dan segeralah mencari pertolongan,” katanya.
3. Solusinya
Apabila terdapat tanda, gejala dan faktor risiko mengenai
perilaku bunuh diri maka perlu segera dilakukan penanganan. Hal hal yang bisa
dilakukan antara lain adalah melakukan komunikasi dan pendampingan yang
intensif untuk memastikan apa yang dikhawatirkan tidak benar.
Kemudian katakan bahwa dia tidak sendirian, ada banyak yang
mau dan bersedia membantu. Dan memberikan respon krisis dengan segera sesuai
dengan tingkatan level risiko bunuh diri.
Lalu tawarkan bantuan dan bawa konsultasi ke profesional
kesehatan jiwa yang akan memeriksa dan memberikan penatalaksanaan yang sesuai.
Berusaha untuk proaktif untuk menawarkan bantuan ketika muncul ide-ide bunuh
diri lagi dengan meninggalkan nomor telepon.
Pindahkan benda-benda yang berbahaya yang bisa menjadi alat
untuk melakukan bunuh diri. Dan jalan terakhir adalah terapi pada profesional
kesehatan jiwa bisa dengan pengobatan hingga psikoterapi.