![]() |
Foto: Mantan
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar menempeleng seorang wartawan yang
mewawacarainya saat digelandang menuju ruang tahanan di gedung KPK 3
Oktober 2013 silam.
|
Pekanbaru - Bagi para seorang wartawan, meliput dan
menginvestigasi kasus korupsi adalah tantangan yang sangat menarik. Tak hanya
materi beritanya yang menjadi sorotan, perlu keberanian dan berpegang teguh
pada kode etik jurnalistik.
Dalam diskusi online “Menjadi Jurnalis Antikorupsi” yang
diselenggarakan KPK melalui Youtube official KPK Kamis (30/7/2020), ada
empat wartawan yang membagikan pengalamanannya meliput kasus korupsi. Keempat
wartawan itu adalah Ikhwanul Habibi, Kepala Peliputan Kumparan, Riana Afifah
dari Kompas, Ariyo Ardi Wakil Pemimpin Redaksi Inews TV dan Ketua Aliansi
Jurnalis Independen (AJI Indonesia) yang juga wartawan Tempo, Abdul Manan.
Ariyo Ardi mengatakan untuk berita korupsi harus memenuhi
beberapa unsur di yakni, tokoh atau profil, dampak korupsi, nilai kerugian
karena korupsi itu, dan efek drama.
“Meskipun ada drama, tetapi pemberitaan korupsi di TV harus
tetap menjaga fokus pada inti kasus korupsinya,” kata Ariyo yang dilansir Fokus
Berita Nasional, mengutip dari Klikmx.com.
Para wartawan yang menjadi narasumber dalam diskusi ini
sepakat bahwa melakukan peliputan dan membuat produk jurnalistik tentang harus
korupsi adalah memberitakan kebenaran.
“Jangan pernah takut meliput korupsi, ini tanggung jawab
bersama. Selama kita menegakkan kode etik jurnalistik, jangan pernah takut
berpihak pada kebenaran,” kata Habibi yang punya pengalaman lebih dari 2 tahun
meliput di KPK.
Peliputan berita korupsi, apalagi dalam bentu investigasi,
membutuhkan komitmen tidak hanya dari sisi wartawan, tetapi juga komitmen
pemilik media. Penulisan investigasi membutuhkan waktu yang tidak singkat,
kompetensi wartawan yang mumpuni dan tentu sumber dana yang tidak sedikit.
Abdul Manan mengatakan, bahkan untuk beberapa peliputan jurnalistik investigasi
kasus korupsi, perlindungan wartawan menjadi masalah penting yang belum banyak
dibahas.
Padahal, lanjut Manan, korupsi adalah salah satu topik
liputan berbahaya bagi wartawan dan salah satu yang paling penting untuk membuat
mereka yang berkuasa bertanggung jawab.
“Penelitian Committee to Protect Journalist CPJ, setidaknya
20% dari lebih dari 1.200 jurnalis yang terbunuh dalam menjalankan tugas sejak
1992 karena meliput korupsi.”
Riana Afifah, wartawan Kompas yang juga menjadi pemenang
pertama kategori artikel Apresiasi Jurnalis Lawan Korupsi yang diselenggarakan
KPK tahun 2019 menambahkan yang paling penting sebagai wartawan adalah memiliki
keberanian. “Harus berani, memiliki sikap. Tidak ada abu-abu dalam menulis korupsi.
Membuat berita berkualitas sangat penting bagi Jurnalis untuk mengimbangi
derasnya arus informasi dari social media saat ini,” katanya.