Pekanbaru - Sekretaris DPRD Riau, Muflihun mengklarifikasi soal jumlah kasus positif di DPRD Riau seperti yang dikatakan pihak Diskes Pekanbaru sebelumnya. Dihubungi, Jumat (11/09/2020)
Muflihun secara tegas mengatakan jumlah kasus positif di DPRD Riau hanya 17 kasus.
"Tidak benar sebanyak 20 kasus. Jumlah kasus positif di DPRD Riau hanya 17 kasus. Jadi tidak ada klaster baru seperti informasi yang beredar saat ini. Kasus positif 17 orang tersebut berasal dari klaster yang lama, yakni kunjungan kerja Badan Musyawarah (Banmus) DPRD beberapa waktu lalu," ungkap Muflihun, dikutip dari Klikmx.com.
Lebih jauh disampaikannya, 17 orang yang dinyatakan positif terdiri dari 11 orang ASN, THL dan sekuriti serta 6 orang Anggota DPRD Riau. Hasil tersebut didapat setelah pihaknya melaksanakan swab test massal di lapangan tenis indoor DPRD Riau sebanyak tiga kali.
"Itu berdasarkan hasil swab test yang digelar pihak
Diskes sendiri di lapangan tenis," pungkasnya.
Sejauh ini, lanjut Muflihun, pihaknya tetap melakukan langkah antisipatif
secara berkesinambungan. Yakni dengan cara melakukan sterilisasi areal gedung,
pengetatan aturan pemakaian masker dan cuci tangan, hingga pelaksanaan swab
test berkelanjutan.
"Dalam waktu dekat kami bakal lakukan kembali swab test di lingkungan DPRD Riau. Kami telah melakukan berbagai upaya secara berkesinambungan. Mudah-mudahan tidak ada lagi kasus penambahan Covid-19 di lingkungan DPRD Riau," harapnya.
Pemberitaan sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan sudah puluhan orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dari klaster DPRD Riau tersebut. Namun tidak semuanya merupakan anggota DPRD Riau. Lebih lanjut dikatakannya, klaster DPRD Riau tersebut pertama kali ditemukan setelah adanya beberapa anggota DPRD Riau yang melaksanakan kunjungan kerja ke luar provinsi. Namun apakah semua yang positif dari klaster DPRD Riau tersebut tertular dari kegiatan kunjungan kerja tersebut, Mimi tidak bisa memastikan. "Bisa saja kan yang positif itu tertular di luar lingkungan DPRD Riau. Tapi karena yang pertama kali ditemukan yang dari luar provinsi itu, jadi dianggap tertular dari sana," sebutnya.