Kendala Dalam Tekan Kasus Covid-19 di Riau

 

Pekanbaru - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau telah melakukan berbagai upaya untuk memutus mata rantai penyebaran penularan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Namun tetap saja kasus positif Covid-19 di Bumi Lancang Kuning masih tinggi. Bahkan penambahan kasus masih diatasi 200 kasus setiap harinya.

Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar mengungkap kendala yang dihadapi pemerintah setempat dalam penekan penyebaran virus dari Wuhan, China itu.

"Kendalanya itu adalah masih kurangnya disiplin masyarakat menerapkan protokol kesehatan Covid-19," kata Gubri Syamsuar kepada, dikutip dari Cakaplah.com.

Sebab menurutnya, jika masyarakat merasa disiplin protokol kesehatan merupakan kebutuhan untuk sehat, maka semakin tinggi masyarakat menerapkan protokol kesehatan.

"Dengan begitu, tugas kita pemerintah dalam menekan kasus terkonfirmasi Covid-19 bisa lebih baik, dan bisa menurunkan kasus Covid-19," ujarnya.

Kendala lain yang dihadapi Satgas Penanganan Covid-19 Riau adalah masih adanya persepsi masyarakat terhadap masalah Covid-19.

"Masih ada masyarakat mengatakan yang kena Covid-19 itu orang kaya, orang miskin tak kena. Masyarakat yang ngomong seperti itu masih ada," beber Gubri.

Selain itu, lanjut Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Riau ini, ada juga masyarakat Riau yang mengatakan bahwa Covid-19 ini tidak ada.

"Mereka bilang karena semua Tuhan yang mengatur, sudah ditentukan takdir. Saya bilang iya betul, tapi bagaimanapun kita harus ikhtiar. Kita mengajak pakai masker, kita pula yang dibilang tertipu," ungkap Gubri menceritakan pengalamannya saat melakukan sosialisasi disiplin protokol kesehatan di daerah.

"Jadi itu kendala yang kita hadapi, masih banyak masyarakat yang kurang paham terhadap masalah Covid-19. Mereka menganggap seola-ola Covid-19 itu tidak ada," ungkapnya.

Dalam menangani kendala itu, Gubri telah bertemu dengan IDI Riau beberapa minggu lalu, sebaiknya ada penyuluhan dari dokter kepada masyarakat terkait masalah Covid-19.

"Sebab masyarakat lebih percaya terhadap dokter daripada kita yang menyampaikan penyuluhan. Jadi menurut saya ada baik nanti dokter bisa melalui online atau webinar, bisa mencerahkan agar masyarakat menerima apa yang terjadi saat ini. Bukan hanya terjadi di Riau, Indonesia tapi juga di dunia," ungkapnya.