Pendemo Meninggal, Polisi Sebut Kabar Tersebut Hoax

Pekanbaru - Kabar meninggal nya seorang demonstran menolak UU Cipta Kerja yang berakhir ricuh di depan gedung DPRD Riau Kamis (8/10/2020) dibantah Kabid Humas Polda Riau, Kombes Pol Sunarto. 

"Itu kabar tidak benar alias hoax. Yang bersangkutan saat ini masih dirawat di salah satu rumah sakit di Pekanbaru," ucap Sunarto, Jumat (9/10/2020), dikutip dari Klikmx.com.

Didampingi Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Nandang Mukmin Wijaya, Sunarto menjelaskan pendemo yang terluka tersebut bernama Dodi Wahyudi. Ia memang benar ikut aksi demonstrasi di kantor DPRD Riau kemarin. 

Saat itu, ia melompat. Namun, salah mendarat dan terjatuh. Ia sempat pingsan. ''Kita sudah cek, korban memang mengikuti aksi. Dia terjatuh karena melompat, dan tidak meninggal,'' ungkap Sunarto.

Menurutnya, munculnya isu ini (Pendemo meninggal, red) merupakan informasi yang sengaja dimunculkan orang tidak bertanggung jawab dengan tujuan tertentu. 

Dalam aksi unras yang berakhir sekitar pukul 17.00 WIB tersebut mengakibatkan 11 anggota Polisi dan seorang pendemo terluka. 

Dari 11 personel yang terluka, satu orang mengalami luka cukup parah di bagian matanya. Dia diketahui bernama Bripka Rifdan asal Polres Rohil. 

Kabid Humas Polda Riau, Kombes Sunarto, Jumat (9/10/2020) mengatakan, Bripka Rifdan dikabarkan mengalami pembengkakan syaraf pada matanya akibat terkena lemparan batu. 

Menurut laporan yang ia terima, beberapa personel ini ada yang mengalami luka di kepala, mata dan lainnya.

''Untuk personel ada 11 orang, 8 diantaranya sudah dipulangkan rawat jalan dan 3 lainnya masih dirawat, yang paling para itu Bripka Rifdan,'' terang Sunarto.

Sedangkan, dari kalangan pendemo hanya satu yang dirawat, dia diketahui bernama Dodi Wahyudi. Ia terjatuh saat memanjat pagar dan terluka. 

Sementara, terkait adanya aksi pengrusakan oleh sejumlah pendemo terhadap satu unit mobil polisi, Sunarto mengatakan pihaknya akan membuka diskusi dengan pihak almamater. 

"Aksi itu jelas terekam kamera dan menggunakan uniform almamater dan mudah teridentifikasi. Kita minta sikap jentlemen dari mahasiswa. Karena apa yang dilakukan mahasiswa itu tidak mencerminkan budaya Melayu yang santun," tegas Sunarto.