Karena Corona Penduduk Miskin RI Bertambah 1,13 Juta Orang

 

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia bertambah 1,13 juta dari 26,42 juta menjadi 27,55 juta orang pada September 2020 akibat pandemi covid-19.

Kepala BPS Suhariyanto kondisi itu membuat tingkat kemiskinan mencapai 10,19 persen dari total populasi nasional.

"Pandemi covid-19 memberi dampak yang luar biasa buruk pada kesehatan, ekonomi, dan perubahan perilaku. Kami berharap pandemi tidak terjadi lagi di masa depan," tutur Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Senin (15/2/2021), dikutip dari Cakaplah.com.

Meski demikian, Suhariyanto mengklaim realisasi tingkat kemiskinan masih di bawah prediksi lembaga internasional. Bank Dunia, misalnya, sebelumnya memperkirakan tingkat kemiskinan Indonesia naik menjadi 10,7 persen sampai 11,6 persen jika tidak ada bantuan dari pemerintah.

"Memang ada kenaikan, tapi kenaikannya tidak sedalam yang diduga (Bank Dunia)," imbuhnya.

Secara rinci, lanjut Suhariyanto, jumlah penduduk miskin di desa meningkat dari 12,82 persen menjadi 13,2 persen per September 2020. Sementara di kota naik dari 7,38 persen menjadi 7,88 persen dari total populasi.

"Covid-19 lebih berdampak ke perkotaan. Penduduk miskin di perkotaan naik karena pandemi covid-19," terang dia.

BPS juga mencatat peningkatan garis kemiskinan dari sebesar Rp454.652 per kapita pada Maret 2020 menjadi Rp458.947 per kapita pada September 2020.

"Komoditas yang memberi pengaruh ke garis kemiskinan tidak berubah, yaitu beras, rokok kretek filter, dan telur ayam ras," paparnya.

Tak hanya itu, pandemi juga membuat pertumbuhan ekonomi terkontraksi dalam tiga kuartal berturut-turut dan merupakan yang terburuk sejak 1998. Laju inflasi rendah, meski tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi semua negara.

"Permintaan sangat lemah sehingga permintaan di berbagai negara turun tajam, bahkan beberapa negara mengalami kontraksi," jelasnya.

Hal ini ikut menurunkan sejumlah harga komoditas, yaitu beras turun 0,49 persen, daging ayam ras 3,52 persen, gula pasir 6,54 persen, cabai rawit 32,37 persen.

Kemudian, pandemi juga turut menaikkan tingkat pengangguran terbuka dari 5,23 persen menjadi 7,07 persen per Agustus 2020.