MUI Tegaskan, Terorisme Tidak Ada Hubungan dengan Ajaran Agama

Jakarta - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan, saat ini tim Densus 88 Antiteror telah menangkap 60 orang terduga teroris di seluruh Indonesia. Selain itu, Densus 88 Antiteror juga telah menggeledah 1 Pondok Pesantren (Ponpes) Ibnul Qoyyim di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, mengatakan penangkapan tersebut adalah buntut dari peristiwa ledakan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Hingga saat ini total kurang lebih dari rangkaian penangkapan terduga teroris di Jakarta, Makasar, Jatim, dan Yogyakarta kurang lebih ada 55 hingga 60 orang sudah kita amankan. Selain itu benar, Densus 88 juga turut telah menggeledah satu pondok pesantren di Kabupaten Sleman," kata Listyo Sigit, melalui keterangan tertulis pada Senin (5/4/2021), dikutip dari Cakaplah.com.

Para terduga teroris tersebut merupakan bagian dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Islamiyyah (JI). Dirinya pun berharap, jajarannya dapat terus melakukan langkah-langkah penindakan di lapangan. Dalam hal ini melakukan penangkapan terhadap para kelompok terduga teroris.

"Harapan kita dalam beberapa hari ke depan bisa terus melakukan langkah-langkah di lapangan dalam rangka melaksanakan rangkaian pengamanan," tutup Listyo Sigit.

Merespon hal itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI, Amirsyah Tambunan, mengatakan, terorisme tak ada hubungannya dengan agama.

"Tindakan terorisme tidak ada hubunganya dengan ajaran agama manapun. Jika menuduh kelompok agama tertentu akan semakin rumit menyelesaikan masalah terorisme," ujar Amirsyah.

Lebih lanjut, Amirsyah meminta kepada semua pihak untuk tidak menyederhanakan masalah terorisme di Indonesia hanya melalui atributnya saja. Dia menyebut tak ada tudingan yang mengaitkan orang yang cara berpakaian tertentu dengan kelompok terorisme.

"Dengan kasus ini jangan menyederhanakan masalah penanganan terorisme di Indonesia hanya dengan menuduh pakai cadar, celana cingkrang, jenggot. Ini justru memperkeruh masalah. Lagi-lagi ini tuduhan yang tak berdasar. Oleh sebab itu semua pihak di masyarakat jangan terkecoh melihat masalah terorisme di permukaan saja," ucapnya.

Menurut Amirsyah, penanganan terorisme harus dilakukan secara komprehensif. Pada kesempatan yang sama, Amirsyah meminta aksi teror yang belakangan marak terjadi untuk segera diakhiri.

"Oleh sebab itu masalah terorisme membutuhkan penanganan yang komprehensif dan integral serta ekstra hati-hati, baik ekstremisme kiri dalam bentuk liberalisme-sekularisme maupun kanan dalam bentuk menyalahgunakan agama untuk kepentingan kelompok atau golongan tertentu," ungkapnya.