Sejarah dan Hukum Membeli Baju Baru Lebaran


Riauupdate.com - Tinggal hitungan hari bulan suci Ramadhan akan berakhir. Umat muslim akan segera merayakan hari kemenangan Islam Idul Fitri atau Lebaran.

Aktifitas berbelanja pakaian baru untuk digunakan dihari lebaran yang sudah menjadi tradisi pun sudah sangat meningkat. Pasar-pasar dan pusat perbelanjaan dipenuhi oleh para pembeli. Tak heran berbelanja baju lebaran sudah menjadi tradisi dan seakan sudah melekat disebagian besar masyarakat tanah air. 

Ternyata kebiasaan setahun sekali saat lebaran ini sudah ada sejak abad ke-20. Tepatnya dimasa  Indonesia masih di bawah kekuasaan Hindia Belanda. Lalu bagaimana asal usul tradisi baju baru saat lebaran? Berikut tim Riau Update melansir dari m.merdeka.com Jumat (29/4).

Tradisi Beli Baju Baru Sejak Abad 20



Potret ibu-ibu yang bertugas membatik. Hingga saat ini kerajinan membatik masih dilestarikan. 

Seorang penasihat urusan pribumi untuk pemerintah kolonial Belanda, Snouck Hurgronje mencatat kebiasaan atau tradisi baju baru saat lebaran dimulai awal abad ke-20.

Hal ini dibuktikan dalam suratnya kepada Direktur Pemerintahan Dalam Negeri, 20 April 1904, yang termuat dalam buku 'Nasihat-Nasihat Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya di Pemerintah Hindia Belanda 1889–1939 Jilid IV'.

"Di mana-mana perayaan pesta ini disertai hidangan makan khusus, saling bertandang yang dilakukan oleh kaum kerabat dan kenalan, pembelian pakaian baru, serta berbagai bentuk hiburan yang menggembirakan," tulis Snouck.

Tradisi Baju Baru di Masa Kerajaan

Dalam sumber yang berbeda, dalam buku bertajuk 'Sejarah Nasional Indonesia' karya Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto, menyebutkan bahwa tradisi baju baru saat lebaran, sudah dimulai sejak tahun 1596. Tepatnya di masa kesultanan Banten.

Sayangnya di masa itu, hanya kalangan kerajaan saja yang bisa membeli baju bagus untuk Idul Fitri. Sementara rakyat biasa akan menjahit pakaian mereka sendiri.

Diterangkan pula bahwa di momen tersebutlah akan ada sejumlah petani yang akan beralih menjadi penjahit sementara waktu atau hanya beberapa hari selama jelang lebaran.

Hal serupa bahkan dijumpai pula di masa Kerajaan Mataram Baru Yogyakarta. Di mana Masyarakat di Yogyakarta berbondong-bondong mencari baju baru, baik membeli atau menjahit sendiri. Ini dipercaya sebagai bukti tradisi baju baru saat lebaran yang ada di berbagai wilayah.

Baju Baru Lebaran Hukumnya menurut Islam

Di 10 hari terakhir Ramadan bukan hanya masjid-masjid saja yang ramai dengan iktikaf, tapi pasar juga ramai dengan orang-orang yang berburu baju lebaran. Membeli baju baru dan menggunakannya saat Hari Raya Idul Fitri sudah menjadi hal lumrah bagi umat Islam di Indonesia. 

Mengenai hal tersebut, pengasuh Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya memberikan penjelasan. Menurutnya, membeli baju baru lebaran adalah kebiasaan orang dalam berhari raya.

“Imam Bukhari meriwayatkan satu hadis dari Sayyidina Abdullah bin Umar bahwasanya Sayyidina Umar bin Khattab itu beli jubah dari sutra. Kemudian dibawa jubah itu dan berkata nabi, beli ini dan pakailah untuk hari raya dan menyambut tamu,” katanya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.

Rasulullah SAW mendengar apa yang disampaikan Sayyidina Umar. Lalu Rasul berkata bahwa baju tersebut adalah milik orang yang tidak mendapatkan baju di akhirat. Rasul juga mengatakan tidak diperkenankan memakai baju sutra bagi laki laki seperti dirinya dan Sayyidina Umar.

Meski Rasulullah SAW melarang memakai baju sutra untuk laki-laki, namun kata Buya Yahya, Rasulullah SAW tidak melarang memakai baju bagus saat hari raya. Para ulama menyebut jika menggunakan baju bagus dan baru saat hari raya adalah sunah. 

“Sunahnya kita pakai baju yang bagus kalau bisa baru, kalau punya duit. Gak usah ngutang, gak wajib. Nanti gara-gara wajib para suami bingunglah semuanya,” ucap Buya Yahya. 

Ia menambahkan bahaww hari raya bukan soal bajunya yang baru. Tapi, orang yang berhari raya itu adalah yang imannya bertambah.

“Boleh pakai baju yang bagus, tapi jangan maksa siapapun membelikan baju yang baru. Yang penting menutup aurat dulu, baru nanti peningkatan kalau ada rezeki,” tambahnya. 

Yang tidak Boleh dalam Memakai Baju Baru Lebaran?

Saat lebaran atau Idul Fitri tiba, Rasul Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mensunnahkan kita untuk berhias diri dan memakai pakaian terbaik. Tradisi memakai pakaian terbaik sudah menjadi kebiasaan orang-orang terdahulu. Saat Nabi Muhammad menjadi Rasul, Beliau tidak melarangnya namun tetap memberi rambu khusus agar tidak kelewat batas.

Dalam kita Fathul Bari, dijelaskan bahwa kebiasaan berhias diri pada dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) sudah menjadi kebiasaan orang terdahulu. Oleh karena itu, setiap umat muslim saat itu tetap dianjurkan memakai pakaian terbaik. Tidak ada satupun dalil yang menyebutkan bahwa harus memakai baju baru, melainkan yang ada hanya harus memakai pakaian terbaik. Pakaian terbaik yang dimaksud bisa jadi adalah pakaian yang paling disukai atau pakaian yang sering dipakai saat ibadah sehari-hari karena bersih, nyaman, dan bagus.

Namun apapun itu, yang dianjurkan untuk dipakai di hari raya Idul Fitri dan Idul Adha adalah pakaian yang bagus, seadanya (tidak harus baru), dan memakai wangi-wangian. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al Mustadrak ‘alaa Al-Shohihain:

عَنْ زَيْدِ بْنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ أَبِيهِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: «أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْعِيدَيْنِ أَنْ نَلْبَسَ أَجْوَدَ مَا نَجِدُ، وَأَنْ نَتَطَيَّبَ بِأَجْوَدَ مَا نَجِدُ

Dari Zaid bin Al Hasan bin Ali, dari ayahnya, radliyallahu ‘anhuma, ia berkata : Kami diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam pada hari hari untuk memakai pakaian yang ada dan memakai wangi-wangi dengan apa yang ada.

Bagaimana jika kita sudah terlanjur beli baju baru ?

Ada beberapa kaidah yang harus kamu pertimbangkan:

Pertama, baju yang dibeli haruslah sopan dalam artian sesuai dengan ajaran agama.

Kedua, baju baru tidak boleh dijadikan sebagai alat pamer karena sombong adalah sifat yang paling dibenci Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 

Ketiga, baju baru tidak bisa dijadikan simbol pembaharuan diri karena pada akhirnya, perilaku dan ketaatan kitalah yang akan dilihat apakah jadi semakin baik setelah Ramadhan pergi, atau malah sebaliknya.

Keempat, dalam berpakaian kita juga tidak boleh berlebihan karena bisa jadi membuka pintu kesombongan dan masuknya sifat riya ke dalam diri. Hindari Riya (Sombong) Saat Pakai Baju Baru Lebaran. Memakai pakaian terbaik, berhias diri, dan memakai wewangian adalah sunnah Nabi Muhammad saat Idul Fitri datang. Bagi siapapun yang mengikutinya tentu saja akan mendapat pahala. Namun jangan sampai pahala itu gugur sia-sia akibat sifat sombong (riya) yang datang saat memakai baju baru  yang mengakibatkan batalnya amalan yang kita lakukan. Jangan niatkan hati untuk pakai baju baru demi mendapat pujian. Terlebih lagi jangan sampai kita tega memakai baju baru untuk menyakiti hati orang lain karena tentu saja hal itu bisa bikin pahala kita menguap begitu saja.

Saat Idul Fitri, Rasul hanya mensunnahkan kita memakai pakaian terbaik, bukannya pakaian baru. Pakaian yang terbaik bisa saja pakaian lama yang dirasa nyaman dan masih bagus untuk dikenakan. Bagi yang mengikuti sunnah ini tentu akan mendapat pahala.