Sebelum Covid-19, Ada Tiga Wabah Yang Pernah Mendera Jawa Seabad lalu


Yogyakarta - Pandemi Corona atau COVID-19 ternyata bukan wabah pertama yang menewaskan banyak orang. Seabad yang lalu, wabah cacar, pes hingga malaria pernah menyerang Indonesia, khususnya pulau Jawa.

Sejarawan UGM, Sri Margana memaparkan bahwa wabah yang terjadi seabad yang lalu adalah wabah besar. Menurutnya, wabah pes menjadi wabah yang memakan korban sangat banyak saat itu.

"Kalau yang pernah membawa korban sangat banyak ya penyakit pes. Wabah pes itu yang pernah banyak menelan korban warga Hindia Belanda (nama Indonesia di masa penjajahan) dan juga telah merubah kebijakan kolonial tentang kesehatan," dilansir detikcom, Senin (16/3/2020).

Margana menyebut wabah tersebut terjadi pada pertengahan dekade 1920. Namun, atas peran besar dr Cipto Mangunkusumo akhirnya wabah tersebut berhasil diberantas. Terlepas dari hal tersebut, Margana mengungkapkan ada beberapa wabah yang terjadi di pulau Jawa.

"Kalau yang terbesar itu (wabah pes), kalau wabah lain itu biasanya yang menjadi perhatian pemerintah kolonial, kalau tipikal Indonesia itu malaria dan cacar. Dua wabah itu juga pernah terjadi di Jawa," ujar Margana.

Dia menjelaskan, kedua wabah itu muncul saat penduduk Eropa mulai menduduki wilayah-wilayah perkebunan di Indonesia. Mengingat saat itu Pemerintah kolonial berniat memperkuat sektor perkebunan.

"(Wabah) cacar itu sekitar tahun 1920, itu ketika penduduk Eropa mulai menduduki di wilayah perkebunan. Jadi perhatian kolonial terhadap penyakit seperti itu terjadi setelah perluasan perkebunan kolonial termasuk pes ini," katanya.

Wabah cacar itu terjadi di seluruh Jawa akibat perubahan lingkungan yang drastis, perubahan lingkungan ekologi yang drastis karena perluasan-perluasan industri perkebunan di wilayah pedesaan dan juga tentu munculnya pemukiman-pemukiman kumuh di perkotaan.

Selain itu, terjadi pencemaran lingkungan yang semakin besar akibat meningkatnya jumlah penduduk di kota pada saat itu.

"Di situ kan penduduk Eropa banyak yang tinggal di pedesaan dan perkebunan tempat wabah-wabah itu berkembang. Sebetulnya, perhatian pemerintah kolonial awalnya itu lebih concern ke penduduk Eropa, karena mereka tidak mau tertular, terjangkit wabah itu," ucap Margana.

Namun, pemerintah kolonial tidak mampu memberantas wabah hanya dengan memperhatikan penduduk Eropa saja. Karena itu, pemerintah kolonial melakukan pemberantasan dengan memberi imunisasi dan vaksin terhadap semua penduduk, khususnya pribumi.

"Akhirnya pemerintah kolonial punya perhatian yang lebih luas lagi terhadap kesehatan di bumi putera (pribumi). Penduduk bumi putera pun harus mulai melakukan imunisasi, vaksinasi terhadap berbagai penyakit tertentu," ucapnya.

"Akhirnya wabah itu makin menurun setelah pemerintah lakukan vaksinasi kepada penduduk. Karena saat terjadi cacar pada zaman Hindia Belanda semua divaksin, dari kakek dan anak-anak divaksin," imbuh Margana.




Sumber: Detik.com