Ahli Bumi Antariksa UPI: Dentuman di Jakarta- Bogor Bukan Fenomena Skyquake


Jakarta - Dosen sekaligus peneliti bidang Astronomi-Astrofisika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengatakan dentuman yang tedengar dini hari di Jakarta hingga Bogor bukan bersal dari letusan gunung maupun fenomena Skyquake.

"Kalau dari gunung api, pos-pos pengamatan sendiri mengatakan hanya melihat adanya erupsi tapi tidak mendengar adanya dentuman.
Kemungkinan dari situ sudah bisa kita eliminasi jadi bukan dari situ penyebab dentumannya. Terus kalau dari Skyquake tadi saya coba cek apakah ada laporan terkini dari stasiun yang mendeteksi sonic boom yang ada di dunia, tidak juga dilaporkan," kata Judhistira saat dihubungi detikcom, Sabtu (11/4/2020).

Judhistira menuturkan meski informasi yang terkumpul sampai dengan saat ini masih belum memiliki hasil pengukuran yang valid, namun dari informasi yang diperolehnya itu dikatakan bahwa suara dentuman tersebut mirip seperti suara meriam. Hal itu berdasarkan laporan informasi seseorang bahwa kaca jendela di rumahnya terlihat bergetar secara berulang.

"Kira-kira kedengarannya seperti suara dentuman meriam misalkan, tapi bisa dilihat dari adanya getaran kaca jendela terus kejadiannya berulang tidak periodik. Kan informasi-informasi itu yang terkumpul sampai dengan saat ini ya," tuturnya.

Dia menjelaskan kemungkinan suara dentuman itu terdengar karena adanya longsoran di bawah permukaan tanah. Longsoran itu bisa jadi dipicu oleh bebatuan yang runtuh karena mengalami kompresi sehingga pecah yang kemudian menimbulkan suara dentuman.

"Kalau dari sisi ilmu tentang longsoran, longsoran itu ada bisa longsoran dari atas permukaan ada bisa di bawah permukaan. Kalau longsoran di bawah permukaan ini bisa jadi pemicunya karena ada runtuhan batuan. Kenapa batuan nya bisa runtuh? Karena batuannya mengalami kompresi dan melewati ambang elastisitasnya dia ga bisa menahan akhirnya dia mengalami deformasi pecah, pecahan ini yang kemudian menimbulkan suara dentuman tapi di bawah tanah," ujar Judhistira.

Dentuman terjadi dini hari tadi. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan dentuman itu bukan akibat gempa saat erupsi.

"Dentuman yang banyak didengar atau dirasakan oleh masyarakat sekitar Jakarta kami yakini juga bukan diakibatkan oleh aktivitas gempa tektonik dengan magnitudo 2,4," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono kepada wartawan, Sabtu (11/4).

Rahmat menyebut gempa itu terjadi pada Jumat (10/4) pukul 22.59 WIB atau berdekatan dengan erupsi kedua Gunung Anak Krakatau. Pusat gempa berjarak kurang lebih 70 Km arah barat daya Gunung Anak Krakatau dengan kedalaman 13 Km.


Sumber: Detik.com