Ribuan Restoran Tutup Gegara Corona, Gelombang PHK Kian Besar



Jakarta - Bisnis restoran ikut terdampak oleh adanya pandemi COVID-19. Imbas merebaknya virus Corona tersebut, pusat-pusat perbelanjaan pun membatasi kegiatan operasional bahkan hingga dilakukan penutupan aktivitas. Mau tidak mau, lapak kuliner yang ada di mal harus ikut tutup.

Hingga hari ini sudah ada 6.800 restoran yang tutup sementara imbas pandemi COVID-19. Itu baru bicara bisnis kuliner yang berada di dalam mal saja, belum termasuk yang berada di tempat lain yang mungkin ikut terimbas oleh virus Corona.

"Yang pasti dari mal saja itu sudah hampir lebih dari 6.800 restoran tutup," kata Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin saat dihubungi detikcom, Minggu (19/4/2020).

Dia menjelaskan, paling tidak ada 700 mal di Indonesia yang di dalamnya berdiri gerai-gerai kuliner. Imbas pandemi COVID-19, mayoritas pusat perbelanjaan tersebut berhenti beroperasi sehingga restoran terpaksa ikut tutup.

Bisnis restoran yang paling banyak terdampak kondisi tersebut tersebar di Pulau Jawa dan Bali. Namun memang ada beberapa restoran yang masih bisa buka di dalam mal, misalnya yang di area lobi. Itu pun tak melayani makan di tempat.

"Yang di dalam mal karena dari 700 sekian mal di Indonesia itu yang di Jawa Bali kan tutup tuh paling banyak hampir 60%. Itu sudah tutup semua. Jadi yang di mal sudah praktis tutup," ujarnya.

Sedikitnya 6.800 restoran tutup sementara imbas pandemi virus Corona (COVID-19). Akibatnya 200.000 lebih karyawan bisnis kuliner tersebut dirumahkan dan ada yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Jadi kalau dilihat dari karyawan yang dirumahkan (dan di-PHK) itu bisa lebih dari 200 ribu kali itu," kata Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin saat dihubungi detikcom, Minggu (19/4/2020).

Restoran merupakan salah satu kegiatan usaha yang menyerap banyak pekerja. Dia mencontohkan, satu restoran berskala kecil saja rata-rata mempekerjakan 20 orang.

"Minimal kan kira-kira dia (restoran) kalau di mal kan 2 shift kan (jam kerjanya), dari pagi sampai malam. Nah itu kira-kira 20, paling kecil itu average-nya 20, satu restoran 20 orang. Itu average kecil tuh. Soalnya kan ada yang besar, ada yang kecil restorannya," jelasnya.

Pengusaha restoran pun terpaksa pula memberhentikan karyawan harian dan mem-PHK beberapa karyawan tetap.

"Soalnya ada beberapa restoran yang mereka memprediksi 'sudah nih, saya nggak akan ambil risiko bahwa ini akan buka lagi bulan Juni atau bulan Mei akan selesai masalah (Corona)', dia langsung potong sampai Desember. Sampai Desember nggak akan buka lagi langsung di-PHK," tambahnya.

Pengusaha restoran merugi selama pandemi COVID-19 menerpa Indonesia. Bahkan kerugian seluruh pebisnis di bidang kuliner tersebut diperkirakan mencapai Rp 2 triliun hingga Juni jika virus Corona tak juga menghilang.

"Kemarin sih saya perkirakan sama teman-teman saja tuh hampir Rp 2 triliun ada tuh (kerugiannya) perkiraan sampai Juni ya," kata Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin saat dihubungi detikcom, Minggu (19/4/2020).

Pengusaha restoran juga mencemaskan nasibnya ke depan karena dana cadangan (cash reserve) yang mereka miliki hanya mampu bertahan dalam beberapa bulan lagi.

"Teman-teman ini semuanya kan tidak banyak perusahaan yang punya cash reserve sampai lebih dari 3 bulan," sebutnya.

Pebisnis kuliner ini, lanjut dia hanya mampu bernapas hingga Juni. Setelah itu mereka tidak tahu lagi nasibnya akan seperti apa, belum lagi nanti ada kewajiban membayar tunjangan hari raya (THR). Tak banyak dari mereka yang memiliki dana cadangan di atas 6 bulan.

"Jadi kira-kira sampai bulan Juni mereka. Karena dia ukurannya sampai Juni, hitungannya kan 4 bulan tuh dengan THR kan. Jadi dia ukurannya sampai Juni. Kalau setelah Juni nggak tahu lagi tuh, belum ada yang tahu," jelasnya.


Sumber: Detik.com