Apa Iya Sinar Matahari Bisa Bunuh Virus Covid-19?



Riau Update - Jangan heran kalau semakin banyak masyarakat hobi berjemur sekarang ini. Salah satu alasannya agar mendapat manfaat vitamin D yang bagus untuk memperkuat sistem imunitas tubuh. 

Isu berjemur ini pun berkembang ke arah pencegahan virus corona yang tengah menghantui masyarakat dunia. Tapi, apakah berjemur dapat menjamin Anda terbebas dari paparan virus corona? 

Menurut hasil studi Departement of Homeland Security Lab ada harapan besar dari berjemur ini. Mereka menemukan fakta bahwa virus corona yang ditularkan lewat droplet, tumbuh subur dalam kondisi kering dan dapat memudar di bawah sinar matahari langsung. 

Namun, dokter dan peneliti menilai terlalu dini untuk dapat menyimpulkan kalau berjemur di bawah sinar matahari, langsung benar-benar bisa membunuh virus corona. 

"Itu hanya tes awal saja dan kami tidak menemukan data yang baik," tegas Dr Purvi Parikh, seorang imunologi Alergi dan Jaringan Asama di Manhattan, menurut laporan New York Post. 

"Informasi yang belum valid seperti itu membuat beberapa masyarakat akhirnya merasa aman palsu dan itu malah menyebabkan mereka tak ragu keluar rumah tanpa masker," tambahnya.

Di sisi lain, Dokter Spesialis Penyakit Menular di Vanderbilt University Medical Center Dr William Schaffner mengatakan bahwa hal ini serupa dengan teori negara yang cenderung berudara panas bebas dari virus corona. 

"Jika saya terinfeksi virus corona, pernapasan saya mengandung jumlah mikroskospis dari virus yang hidup di udara lembap," katanya. "Ketika kelembapan udara rendah, lingkaran lembap itu akan menguap dan melayang di udara," tambahnya. 

Sementara itu, di wilayah panas virus corona tidak menguap yang membuatnya lebih berat dan gravitasi menariknya ke bumi. Hal ini malah membuat wilayah tersebut punya risiko lebih besar mengandung virus corona.

Fakta yang bisa dilihat, sambung dr Parikh, pada kasus Tom Hanks. Ya, setelah ia mengunjungi Australia pada musim panas, ia malah terinfeksi virus corona. Kasus COVID-19 di wilayah seperti California Selatan dan Florida pun cenderung tinggi. 

Studi sebelumnya pun telah mengingatkan untuk tidak serta merta percaya kalau sinar matahari benar-benar bisa membunuh virus corona. Dikatakan Qasim Bukhari, ketua peneliti MIT, 90% dari transmisi COVID-19 terjadi antara 37,4 hingga 62,6 derajat celsius. 

"Menjadi kesalahan bagi masyarakat untuk percaya bahwa suhu hangat dan sinar matahari saja akan memberantas penyakit ini," ungkapnya.



Sumber: Okezone.com