Cerita Ridwan Kamil Selama Covid-19: Dibully, Dikritisi, Diapresiasi



Jakarta - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil salah satu pejabat yang sedang berjuang mengatasi dampak pandemi virus Corona (COVID-19). Tidak hanya mengatasi dampak dari segi kesehatan, tetapi juga dari segi ekonominya.

"Saya sebagai Gubernur setiap hari otaknya terbagi dua. Satu balik ke medan perang itu hari-hari kami ngurusin ekonomi iya, kesehatan iya. Saya berharap kami tidak masuk skenario yang minus tapi masuk ke 2-3% dan normalnya 2021," katanya dalam acara MarkPlus Government Roundtable melalui virtual, Kamis (25/6/2020), dikutip dari Detik.com

Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengatakan setiap kebijakan yang diambil untuk penanganan Corona selalu memiliki risiko. Akibat kebijakan yang diambil banyak yang membully dan mengkritisi, namun juga ada yang mengapresiasi.

"Setiap risiko yang diambil tidak bisa menyenangkan semua orang, itu harus dihadapi. Jadi yang ngebully saya banyak, yang kritisi banyak, apresiasi juga ada, itu hal yang rutin," ucapnya.

"PSBB saya perpanjang orang ekonomi teriak-teriak. Saya kasih new normal orang kesehatan yang teriak. Jadi tidak ada satu situasi yang bikin everybody happy dan COVID ini nggak bisa bikin pencitraan. Either win or you lose, nggak bisa pura-pura win, nggak bisa dibungkus-bungkus, makanya kita apa adanya," tambahnya.

Emil bercerita bahwa selama menangani Corona punya penasihat ahli epidemiologi dan penasihat ahli ekonomi untuk menentukan segala kebijakan. Hal itu dilakukan untuk memastikan setiap kebijakan yang diambil tepat.

"Sebelum seorang Gubernur Jawa Barat mengambil keputusan, kita berdebat dulu dengan segitiga ini. Jadi epidemiologi bilang 'Pak ini belum saatnya dibuka tolonglah bikin rating dulu, dengan rating itu kita proporsional," jelasnya.

Dia juga menyebut kompak dalam menangani kasus Corona dengan 27 kepala daerah lainnya di Jawa Barat. Itulah rahasianya sehingga Jawa Barat bisa mengalami penurunan kasus positif Corona.

"Kami ini kompak, kita rapat rutin, koordinasi rutin, saya dengerin maunya apa, bagaimana, sehingga keharmonisan 27 kepala daerah itulah yang jadi kekuatan Jawa Barat. Sosial politik kondusif, kemudian angka-angka indeks juga baik, tinggal jangan lengah saja selama proses new normal karena euforia ini terjadi pada masyarakat yang memang belum sepenuhnya bisa diedukasi," imbuhnya.